Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Penurunan laba bersih PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) masih berlanjut. Hingga bulan Juni tahun ini, PTBA hanya mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 795 miliar. Jumlah itu turun hingga 31,81% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,16 triliun.
Padahal penjualan PTBA masih naik walaupun tipis. Per Semester I-2015, penjualan PTBA mencapai Rp 6,5 triliun atau naik 1,3% year on year (yoy). Dengan hitungan itu, marjin laba bersih PTBA turun menjadi 12,2% dari sebelumnya18,1%,
PTBA mendapat banyak tekanan dari beban pokok penjualan yang melonjak sebesar 11,4% menjadi Rp 4,7 triliun. Dengan begitu, laba kotor PTBA hanya mencapai Rp 1,7 triliun, jauh lebih rendah dari laba kotor Semester I-2014 yang sebesar Rp 2,1 triliun. Beban keuangan PTBA yang melonjak hampir 12 kali lipat menjadi Rp 61,2 miliar juga menekan marjin PTBA.
Turunnya harga komoditas memang menjadi biang kerok pelemahan kinerja PTBA. Per Juni 2015, harga jual rata-rata tertimbang turun 3% menjadi Rp 703.005 per ton dibanding harga jual rerata pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 726.766 per ton.
Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA mengatakan, PTBA menjual 9,03 juta ton batubara atau 2,02% lebih tinggi dari Semester I tahun lalu. Penjualan itu terdiri dari penjualan ekspor sebesar 49%. Sisanya adalah penjualan di pasar domestik.
Penjualan di pasar ekspor naik 20% dibanding tahun lalu. Namun penjualan pasar domestik turun 10% menjadi 4,62 juta ton. Negara tujuan utama ekspor PTBA diantaranya adalah Taiwan, Jepang, Malaysia, dan India. Penetrasi pasar baru dilakukan di Kamboja, Korea Selatan, Srilanka, Bangladesh, dan Vietnam.
Dari sisi produksi, PTBA mencetak produksi batubara sebesar 9,14 juta ton atau naik 4% dibanding produksi pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan volume penjualan ini disebabkan adanya peningkatan angkutan kereta api dari lokasi tambang ke Tanjung Enim menuju Pelabuhan Taraan di Bandar Lampung. "Peningkatan angkutan menjadi 7,47 juta ton atau naik 5%," ujar Joko, Rabu (29/7).
Sementara itu, stripping ratio atau nisbah kupas di Tambang Tanjung Enim naik menjadi 4,91 kali dibandingkan Semester I tahun lalu yang sebesar 4,52 kali. Joko bilang, peningkatan besaran nisbah kupas ini disebabkan adanya pembukaan lokasi tambang baru untuk memenuhi target produksi tahun ini.
Saat ini, total liabilitas PTBA mencapai Rp 6,4 triliun dengan ekuitas Rp 8,7 triliun. Sementara, total kasnya mencapai Rp 3,8 triliun.
Harga saham PTBA turun 2,72% ke level Rp 6.250 per saham pada perdagangan Rabu (29/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News