Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi kelebihan pasokan (oversupply) semen masih berlanjut. Akibatnya, kinerja keuangan emiten semen cenderung tertekan.
Hanya PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang masih mampu menjaga profit. Keuntungan perusahaan pelat merah bahkan meningkat, tidak seperti emiten lain yang labanya mengecil atau bahkan merugi.
Hingga kuartal ketiga tahun ini, SMGR mencatat kenaikan pendapatan 4% menjadi Rp 21,45 triliun. Laba bersih Semen Indonesia tumbuh 43% menjadi Rp 2,09 triliun.
Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR tak menampik, industri semen saat ini masih sulit. Beruntung, SMGR punya keunggulan kompetitif dibanding emiten semen lain.
Pabrik semen SMGR sangat dominan, berada mulai dari Pulau Sumatra hingga Papua, tercermin dari pangsa pasar atau pangsa pasar SMGR sebesar 39,4% per kuartal III kemarin. Ini pangsa pasar paling dominan.
Pangsa pasar INTP dan SMCB di periode yang sama masing-masing 25,8% dan 15,1%. Sedangkan SMBR memiliki pangsa pasar kurang dari 10%. "Sehingga, kami punya banyak ruang untuk efisiensi, terutama supply chain," ujar Agung kepada Kontan.co.id, Rabu (7/11).
Jika permintaan semen di Jakarta masih tinggi maka, SMGR akan mendistribusikan semen dari pabriknya di Jawa Tengah ketimbang Jawa Timur. Dari sini, setidaknya ada biaya transportasi yang dipangkas sehingga lebih menguntungkan.
Sebaliknya, jika permintaan di daerah tertentu tidak menguntungkan misalnya, SMGR bakal mengurangi fokus produksi atau bahkan shut down sementara kegiatan produksinya di lokasi tersebut.
Strategi itu cukup berhasil. SMGR mampu memangkas beban penjualan 15% menjadi Rp 1,62 triliun dari sebelumnya Rp 1,92 triliun. Strategi serupa bakal dilakukan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News