kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor properti dan konsumer paling tahan banting


Jumat, 05 Juli 2013 / 23:36 WIB
Sektor properti dan konsumer paling tahan banting
ILUSTRASI. Kegiatan di lantai perdagangan New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 18 Januari 2022. REUTERS/Brendan McDermid


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Amal Ihsan

JAKARTA. Emiten sektor properti dan konsumer masih menjadi andalan investasi di tengah kondisi bursa yang bearish. Indeks properti masih menjadi indeks sektoral dengan persentase kenaikan tertinggi sebesar 37,73% dari awal tahun 2013 sampai dengan saat ini (year-to-date). Disusul oleh indeks saham sektor konsumer dengan kenaikan 26,26%, perdagangan dan jasa atau trade dengan kenaikan 14,10%, manufaktur 9,20% diikuti sektor industri dasar 2,97%.

Dua indeks lainnya dengan kenaikan persentase yang masih positif adalah indeks saham sektor infrastruktur 9,11% dan sektor jasa keuangan 3,72%. Sedangkan tiga indeks yang mencatatkan persentase negatif secara year-to-date adalah pertambangan -26,20%, agribisnis -8,63% dan aneka industri -8,15%.

Menjelang lebaran ini, para analis memperkirakan saham ritel di sektor perdagangan dan jasa masih memiliki prospek yang cerah, meski dibayangi awan mendung. Per 1 Mei 2013, saham Ace Hardware Indonesia (ACES) mengalami penurunan sebesar -4,08% ke posisi Rp 940 dari harga Rp 980 dengan price earning ratio (PER) sebesar 4,84 kali.

Saham Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) stagnan saat pembukaan dan penutupan di Rp 8.300 dengan PER sebesar 3,02 kali. Saham Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) mengalami penurunan sebesar -0,50% dari harga pembukaan Rp 1.980 ke posisi Rp 1.970 dengan PER 28,35 kali.

Saham Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) mengalami penurunan -0,68% dari harga pembukaan Rp 1.470 ke posisi penutupan Rp 1.460 dengan PER 31,81 kali. Analis Investa Saran Mandiri Jhon Veter bilang, saham sektor ritel masih memiliki prospek yang cerah, karena permintaan dalam negeri masih signifikan terhadap Growth Domestic Product (GDP) yaitu sebesar 6,2%-6,5%.

Menurut Jhon Veter, untuk saham sektor ini, saham dengan konsumen menengah atas masih akan berkinerja kinclong karena margin net profit atau laba bersih tidak terkendala dengan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta puasa dan lebaran. "Yang perlu diwaspadai adalah saham ritel menegah kebawah seperti RALS, karena dalam jangka pendek terhimpit inflasi ganda kenaikan BBM dan juga puasa, sehingga margin laba bersihnya kecil. Untuk MAPI, MPPA dan juga ACES, pengaruhnya cukup kecil karena konsumennya tidak memerlukan musim tertentu untuk belanja," kata Jhon kepada KONTAN, Jumat (5/7).

Jhon bilang, untuk MAPI, MPPA dan juga ACES akan mengalami kenaikan pendapatan yang signifikan pada semester II karena season untuk belanja seperti lebaran, natal dan juga tahun baru terjadi. Secara fundamental menurut Jhon, MAPI bahkan dapat mencapai posisi 8.700 dan ACES ke posisi 1.050

Jhon menambahkan, statistik sederhana konsumen Indonesia menyukai barang-barang bermerek atau branded dan cukup loyal terhadap satu merek tertentu. Karena itu, brand kuat diuntungkan akan hal ini. Terlebih dengan pesta diskon yang akan dilakukan berbagai merek tersebut, maka mendorong penjualan meningkat secara signifikan

Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto menyebutkan, saham RALS justru akan kinclong dibanding saham dengan konsumen menengah atas seperti MAPI, MPPA maupun ACES. Hal ini lantaran, masyarakat menengah memanfaatkan momen ini untuk berbelanja kebutuhan lebaran, meski tak sebanyak tahun lalu karena inflasi ganda yang membuat adanya kenaikan harga.

RALS menurut David akan mendapatkan keuntungan luar biasa saat lebaran hingga 2-3 kali lipat dibanding bulan reguler. Sementara saham lain seperti MAPI dan MPPA secara historical meningkat 30%-40%. Peningkatan signifikan ini karena masyarakat menengah yang mendapatkan tunjangan hari raya (THR) akan membelanjakan uangnya. "Masyarakat menengah akan membelanjakan uangnya karena ini momen sesional. Masyarakat menengah atas mungkin tidak seperti ini, karena tidak membutuhkan momen untuk belanja," kata David.

Meski saham ritel mengalami kenaikan, namun inflasi ganda membayangi seperti awan yang menghalangi sinar cerah mentari. Bank Indonesia memperkirakan inflasi Juli sebesar 2,3% dan Agustus 0,9%. Tentunya hal ini mendorong pengurangan daya beli masyarakat untuk sektor ritel meski tidak secara signifikan, karena harga bahan pokok di sektor konsumer juga mengalami kenaikan.

David bilang, saham sektor ritel masih baik untuk dikoleksi investor karena ada momen seasonal yang terjadi setiap tahun. Sehingga bisa dimanfaatkan meski ada inflasi. "Untuk saat ini karena inflasi ganda yang mengakibatkan penurunan daya beli memang agak ganggu panen emiten saham ritel. Tunggu kuartal III, naiknya akan lumayan, karena masuh strong buy. Besarnya nilai belanja masyarakat saat lebaran mungkin tidak sebesar lebaran tahun kemarin, karena harus dibagi dengan belanja kebutuhan pokok yang memang harus dibeli dan mengalami kenaikan juga," ujar David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×