Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama tiga tahun terakhir manufaktur Indonesia tertekan buktinya pada Agustus 2019 ini Purchasing Managers Index (PMI) menuju level terendah selama tiga tahun terakhir ke level 49,0.
Sejumlah analis melihat adanya tekanan di sektor ini karena faktor ekspornya turun pada 10 bulan terakhir. Jadi produsen mengurangi aktivitas produksinya. Kendati demikian, hal ini tidak membuat bisnis emiten furniture rumah tangga PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) lesu.
Melansir laporan keuangannya, WOOD mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih di sepanjang enam bulan pertama tahun ini sebesar 7,9% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 977,54 miliar.
Penjualan ekspor manufaktur paling banyak berkontribusi terhadap pendapatan Integra yakni sebesar Rp 690,711 miliar tumbuh 2,34% year on year (yoy) dari semester I-2018 yang sebesar Rp 674,92 miliar. Adapun penjualan di lokal juga tumbuh 24,2% yoy dari sebelumnya Rp 230,79 miliar menjadi Rp 286,82 miliar di semester I-2019.
Tentunya, penjualan yang tumbuh turut mengerek laba tahun berjalannya sebesar 8,84% yoy menjadi Rp 123,06 miliar.
Corporate Secretary & Head of Investor Relation PT Integra Indocabinet Tbk Wendy Chandra menjelaskan tertekannya sektor manufaktur sejauh ini tidak ada dampak yang signifikan terhadap bisnis WOOD.
“Walaupun industri manufaktur katanya tertekan karena perang dagang, justru Integra menerima banyak permintaan dari Amerika Serikat yang ordernya berpindah dari China ke Indonesia akibat perang dagang dan pengenaan anti-dumping dan anti-subsidy duty,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (4/9).