Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor konstruksi kini tengah diterpa keraguan investor akan pendanaan kontrak.
Baru-baru ini muncul perubahan pendanaan proyek. Contohnya, ADHI yang menerima surat dari Kementrian BUMN yang menyarankan dalam proyek pembangunan light rail transit (LRT) Jabodetabek, PT Kereta Api Indonesia (KAI) tidak menjadi investor.
"Ini lebih ke arah investor was-was tentang pendanaan konstruksi itu sendiri," kata Calvin Anthrasal, Analis Henan Putihrai.
Sementara, untuk PT Waskita Karya Tbk (WSKT), Calvin mengatakan perusahaan ini membutuhkan dana Rp 100 triliun untuk masa pengerjaan kontrak tiga tahun kedepan. Sedangkan pendanaan di 2018 WSKT butuh cari dana sekitar Rp 50 triliun.
Calvin mengatakan untuk mencari dana tersebut, WSKT mengupayakan alternatif pendanaan dari proyek turn key LRT Palembang yang bisa menyumbang dana sebesar Rp 30 triliun. Sementara, Rp 20 triliun sisanya akan WSKT cari memlaui sumber pendanaan lain seperti obligasi, MTN, pinjaman, IPO anak usaha, atau pun divestasi jalan tol.
Calvin memproyeksikan masalah pendanaan ini, baru akan mulai berujung positif pada pertengahan 2018. "Kemungkinan besar, divestasi atau IPO WSKT akan terlaksana pada pertengahan 2018, sehingga pendaan akan berjalan aman," kata Calvin.
Sementara untuk PTPP dan WIKA, Calvin melihat kondisi pendaan kedua perusahaan tersebut aman. "Khusunya, PTPP sudah memilki alternatif pendanaan dari IPO anak usaha dan telah memegang cash Rp 7 triliun, ini sangat aman," kata Calvin.
Sedangkan untuk WIKA, Calvin melihat pertumbuhan kinerja masih stabil dengan leverge pinjaman yang rendah. Namun, berhubung laporan keuangan kuartal III WIKA belum dirils, Calvin tidak banyak detail menjelaskan kondisi WIKA.
Jika dilihat secara neraca keuangan dan rencana kedepan dari perusahaan sektor konstruksi, proyeksi di 2018 akan aman. Calvin merekomendasikan disaat harga saham emiten sektor konstruksi terdiskon seperti saat ini, maka ini kesempatan investor untuk buy on weakness.
Secara keseluruhan Calvin memproyeksikan kinerja sektor konstruksi di 2018 akan positif. Hal ini didukung fokus Joko Widodo Presiden Indonesia dalam membangun infrasrtuktur. Untuk 2018 Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pun kembali ditingkatkan hingga Rp 400 triliun.
"Memang agenda pemerintah kedepan fokus untuk membangun infrastruktur, hal ini menguntungkan sektor konstruksi terutama BUMN yang memiliki kapitaliasi dan kapabilitas yang memadai untuk proyek pemerintah tersebut," kata Calvin.
Bahkan, bila Joko Widodo kembali terpilih menjadi Presiden Indonesia yang kedua kalinya, kinerja yang membaik dari sektor konstruksi akan berlanjut. Calvin mengatakan dari pembangunan jalan tol saja, ingin ditambah menjadi 2.000 kilometer.
Calvin mencontohkan, WSKT telah mendapat kontrak Rp 120 triliun hingga saat ini. Jumlah tersebut aman untuk kinerja WSKT tiga tahun ke depan.
Hanya saja, tantangan sektor konstruksi tahun depan adalah memasuki jelang tahun politik di 2019, investor harus kembali melihat kondisi tahun depan, apakah anggaran pendanaan infrastruktur lancar bisa terealisasi atau mengalami hambatan. Penting bagi investor juga melihat keuangan dari perusahaan konstruksi apakah bisa mendanai proyek-proyek yang telah diterima.
Calvin menjagokan PTPP dan WSKT. Ia memproyeksikan tahun depan PTPP bisa membukukan laba sekitar Rp 2 triliun-Rp 2,3 triliun atau naik 10%-20%. Sementara WSKT laba diperkirakan mencapai sekitar Rp 3,2 triliun-Rp 3,5 triliun atau naik 10%-20%.
Rekomendasi Calvin terhadap dua emiten ini adalah buy dengan target harga untuk PTPP Rp 4.500 sementara WSKT Rp 3.300.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News