Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Unilever Indonesia, sebagai salah satu pelaku usaha produk konsumsi terbesar di Indonesia, hingga triwulan pertama tahun 2021, dihadapkan dengan pertumbuhan penjualan domestik yang melambat.
Meski demikian perseroan masih membukukan penjualan bersih sebesar Rp10,3 triliun ditopang sektor makanan yang masih tumbuh positif.
“Menghadapi pandemi yang berkepanjangan, Perseroan tetap berfokus pada pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis jangka panjang yang ditentukan oleh tiga prioritas utama kami yaitu ketersediaan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, keselamatan dan kesejahteraan karyawan, serta tetap berkontribusi pada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah agar Indonesia segera bangkit lebih kuat pasca pandemi,” ujar Ira Noviarti Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk (UNVR).
Pada periode yang sama tahun lalu belum terjadi pembatasan aktivitas masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga kondisi ini menciptakan situasi yang kontras pada performa usaha lintas sektor.
Meski demikian, Unilever berhasil mencapai laba bersih sebesar Rp 1,7 triliun dan peningkatan marjin laba sebelum pajak melalui optimalisasi dalam beberapa aspek, termasuk efisiensi pada operasional perusahaan.
Perusahaan juga berupaya menjaga daya beli agar pemulihan ekonomi bisa semakin positif. Karena itu, beberapa merek unggulan seperti Kecap Bango dan Sahaja kini telah tersedia pada kemasan ekonomis yang diharap mampu mendorong konsumsi masyarakat meski polanya berubah.
Baca Juga: THR lunas di hari pertama puasa, Kemnaker: Langkah ini perlu ditiru
Strategi lain yang dilakukan perseroan yaitu meluncurkan Muslim Centre of Excellence (MCOE), Inovasi ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah karena sejalan dengan visi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2024.