kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sejumlah Sentimen Ini Jadi Penggerak Harga CPO pada Tahun 2023


Rabu, 04 Januari 2023 / 20:27 WIB
Sejumlah Sentimen Ini Jadi Penggerak Harga CPO pada Tahun 2023
Pabrik pengolahan kelapa sawit PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) di Kalimantan Timur. Sejumlah Sentimen Ini Jadi Penggerak Harga CPO pada Tahun 2023.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kondisi ekonomi global diperkirakan lebih baik untuk menyerap Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah. Di samping itu, kebijakan domestik turut berperan penting terhadap prospek harga CPO.

Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan bahwa berbagai sentimen terhadap harga CPO akan menjadi fokus di tahun 2023.

Mengutip dari Dewan Minyak Sawit Malaysia, Girta menjelaskan bahwa produksi minyak sawit Malaysia di tahun 2023 diproyeksikan akan meningkat sebesar 3% - 5% atau sekitar 500.000 - 900.000 ton, dibanding produksi tahun 2022. 

Sementara untuk produksi minyak sawit Indonesia di tahun 2023 diproyeksikan akan meningkat sebesar 3% menjadi 48,1 juta ton, menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki).  

Baca Juga: Permintaan Lesu, Intip Prospek Harga CPO di Sepanjang Tahun 2023

"Kenaikan produksi biasanya berdampak negatif terhadap pergerakan harga, apabila tidak disertai dengan peningkatan permintaan," imbuh Girta kepada Kontan.co.id, Rabu (4/1).

Dalam kasus CPO, lanjut Girta, peningkatan produksi khususnya di Indonesia masih bisa disertai dengan peningkatan konsumsi dalam negeri. Indonesia membutuhkan CPO untuk permintaan biodiesel, sehingga tidak sampai menyebabkan kondisi over-supply di pasar global.

Terkait rencana mandatori biodiesel Indonesia dari B30 menjadi B35 yang akan dimulai pada Februari 2023 nanti, diperkirakan akan meningkatkan tambahan
konsumsi domestik CPO dalam bentuk permintaan biodiesel hingga sekitar 1,8 juta -2 juta ton.

Menurut Girta, peningkatan produksi di Indonesia dan Malaysia tersebut sebenarnya juga didukung oleh membaiknya gangguan cuaca La Nina yang memicu tingginya curah hujan, diperkirakan akan mereda di kuartal I-2023.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Perbankan ke Industri CPO Tembus Rp 374 Triliun di Kuartal III 2022

Hanya saja, cukup disayangkan bahwa masih ada sejumlah kendala yang berpotensi menghambat pasokan ke pasar global antara lain rencana Indonesia untuk menjalankan program biodiesel B35, penerapan UU anti deforestasi untuk produk turunan sawit serta adanya perkembangan di pasar minyak sawit.

Selain itu, kebijakan di negara importir utama CPO seperti India juga turut diwaspadai. India yang memperpanjang kebijakan pajak impor yang lebih rendah untuk minyak sawit, minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari hingga Maret 2022 akan berpengaruh pada harga CPO yang lebih rendah.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×