Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen akan mewarnai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan kedua Maret 2021.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, dari global Wall Street terlihat mengalami kenaikan menyusul kenaikan yield obligasi pemerintah AS mulai tertahan.
Yield US Treasury tenor 10 tahun melemah ke level 1,55% setelah menyentuh posisi di atas level 1,6%. Angka ini adalah yang tertinggi di tahun 2021 menyusul data yag menunjukkan kenaikan pertumbuhan lapangan kerja.
Departemen Tenaga Kerja USA melaporkan bahwa data nonfarm payrolls naik 379.000 dan tingkat pengangguran turun menjadi 6,2%. Data itu lebih tinggi dari ekspektasi 210.000 pekerjaan baru dan tingkat pengangguran tetap di angka 6,3% pada Januari. Perbaikan data ekonomi cenderung mendorong Yield US Treasury bergerak naik.
Selanjutnya pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga acuan yang memicu kekhawatiran bahwa perusahaan teknologi yang berorientasi pada pertumbuhan akan mengalami gangguan.
Baca Juga: IHSG bisa bangkit, rekomendasi saham berikut bisa jadi pilihan hari ini (8/3)
Sektor teknologi tahun lalu memimpin reli pasar, mungkin akan kesulitan memenuhi ekspektasi pertumbuhan jika biaya pinjaman mengalami kenaikan. Investor terlihat beralih ke saham yang dipandang berpotensi mendapatkan keuntungan dari pemulihan ekonomi, setelah peluncuran vaksinasi Covid-19 dan program vaksin di Amerika Serikat yang cukup sukses.
Selain itu potensi disahkannya paket stimulus fiskal Jumbo Amerika Serikat juga mendorong potensi pemulihan ekonomi lebih kuat dan naiknya yield US Treasury.
Menurut Halns, Chairman Federal Reserve, Jerome Powell mengecewakan pasar setelah tidak memberikan kepastian apa yang akan bank sentral USA itu lakukan ketika terjadi kenaikan yield obligasi pemerintah yang menjadi referensi banyak suku bunga lain.
"The Fed tidak akan mengubah sikap kebijakan moneter longgar dalam jangka pendek. Powell memandang kenaikan inflasi USA saat ini hanya bersifat jangka pendek. Kenaikan harga (inflasi) di atas target The Fed yakni 2% untuk beberapa kuartal atau lebih tidak akan menyebabkan ekspektasi inflasi jangka panjang konsumen berubah secara material," paparnya dalam riset, Minggu (7/3).
Pelaku pasar cemas kenaikan yield obligasi USA akan mendorong naiknya bunga kredit sehingga membatasi pemulihan ekonomi USA yang saat ini masih sangat rapuh.
Senat Amerika akhirnya menyetujui paket bantuan virus Covid 19 senilai US$ 1,9 triliun yang diusulkan Presiden Joe Biden juga turut mempengaruhi gerak IHSG.
Paket stimulus fiskal USA yang disahkan pada pekan ini menjadi sentimen positif pasar keuangan di jangka pendek, tetapi berpotensi mendorong naiknya Yield US Tresury akibat potensi pemulihan ekonomi yang cepat.
Kemudian, harga minyak yang mengalami kenaikan akibat keputusan mengejutkan Arab Saudi yang mempertahankan pemotongan sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga April.
Dari dalam negeri pergerakan IHSG akan diwarnai sentimen yang bercampur. Kemunculan mutasi virus Covid 19 dari Inggris atau B117 yang lebih cepat menular menjadi sentimen negatif pasar.
Baca Juga: Saham berhasil jadi kelas aset investasi berkinerja moncer dua bulan pertama 2021
Selain itu di dalam negeri juga ditandai sentimen positif akibat peningkatan jumlah vaksinasi rata-rata dalam dalam beberapa hari terakhir. Hal ini mendorong harapan akan semakin cepat proses vaksinasi nasional.
Hans menambahkan turunnya yield US Treasury di akhir pekan dari level tertinggi di tambah di sahkannya paket Stimulus fiskal jumbo USA membuat pasar saham di perkirakan akan menguat di awal pekan ini.
Namun Hans bilang apabila yield US Treasury naik lagi ia khawatir pasar akan kembali terkoreksi.
Ia meramal IHSG bergerak dengan support di level 6.245 sampai 6.173 dan resistance di level 6.307 sampai 6.394 untuk pekan ini.
Selanjutnya: IHSG diprediksi melanjutkan pelemahan pada Senin (8/3), cermati saham-saham ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News