Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) berhasil mempertahankan kinerja positifnya.
Sepanjang semester I-2024, JPFA membukukan pendapatan mencapai Rp 27,65 triliun, meningkat 14,45% YoY dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 24,15 triliun. Kemudian laba bersih mencapai Rp 1,47 triliun, tumbuh dari tahun sebelumnya yaitu Rp 82 miliar.
Operating profit margin (OPM) pakan berada di atas 7% selama tujuh kuartal terakhir. Kontribusi segmen pakan mencapai hampir 50% dari total pendapatan perusahaan. Walaupun capaian OPM tersebut masih di bawah level sebelum pandemi Covid-19 dengan ata-rata OPM sebesar 10%.
Analis Sinarmas Sekuritas, Yosua Zisokhi mengatakan kemampuan JPFA untuk mempertahankan OPM didukung oleh posisinya sebagai salah satu pemimpin pasar dalam industri pakan unggas dengan pangsa pasar sebesar 21%.
Baca Juga: Prospek Poultry Makin Kuat di Akhir 2024 dan 2025, Begini Rekomendasi CPIN dan JPFA
Selain itu, bisnis unggas yang terintegrasi secara vertikal, dan operasinya yang tersebar di hampir semua pulau besar di Indonesia turut mendorong kinerja emiten ini.
"Faktor-faktor tersebut membuat posisi pasar JPFA sangat kuat, yang memungkinkannya untuk meneruskan fluktuasi biaya bahan baku kepada pembeli dan dengan demikian mempertahankan margin operasionalnya," tulis Yosua dalam riset yang dipublikasikan pada 27 Agustus 2024.
Sepanjang kuartal II-2024, bisnis Day Old Chicken (DOC) juga menjadi pendorong kinerja keuangan emiten poultry ini. Pangsa pasar DOC juga tidak kalah besar. JPFA dikenal sebagai produsen DOC terbesar kedua dengan pangsa pasar 24%. Ditambah harga DOC pada kuartal II-2024 cukup tinggi yakni Rp 7.016 per anak ayam, naik 29% secara tahunan.
Tidak heran segmen DOC berkontribusi 10,6% terhadap total pendapatan dan 25,2% dari laba operasi. Bahkan kontribusinya terhadap OPM mencapai 20%.
Baca Juga: Pasar Frozen Food Tembus Rp 200 Triliun, Japfa Comfeed (JPFA) Gencar Inovasi
Selain itu, industri unggas di Indonesia tampak menarik dalam jangka panjang sebab konsumsi ayam tumbuh pada CAGR 3,3% selama 10 tahun terakhir.
"Pertumbuhan ini didukung oleh program pemerintah untuk ketahanan pangan nasional, persaingan yang relatif sehat karena program pemusnahan sendiri yang berhasil, dan berkurangnya impor GPS," lanjut Yosua.
Sampai akhir tahun Yosua memproyeksi pendapatan JPFA mampu mencapai Rp 53,48 triliun, dengan laba sebesar Rp 1,41 triliun.
Oleh sebab itulah Sinarmas Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy dengan target harga Rp 1.950 per saham.
Namun perlu diperhatikan terdapat risiko utama pada masa mendatang meliputi perubahan regulasi unggas, persaingan yang lebih tinggi dari perkiraan termasuk impor daging unggas dari Brasil, serta penurunan daya beli lebih lanjut, dan fluktuasi komoditas terkait unggas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News