kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Segera melantai di bursa, simak rencana bisnis GTS Internasional selanjutnya


Kamis, 19 Agustus 2021 / 16:50 WIB
Segera melantai di bursa, simak rencana bisnis GTS Internasional selanjutnya
Komisaris dan direksi PT GTS Internasional Tbk usai paparan publik rencana IPO di Jakarta, Kamis (19/8).


Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT GTS Internasional akan menjadi perusahaan publik. Anak perusahaan PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) itu tengah melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). 

Jika berjalan sesuai rencana, perusahaan yang nantinya memiliki kode saham GTSI itu secara resmi akan mencatatkan saham perdananya atau listing pada 8 September 2021 mendatang. 

Setelah resmi menjadi perusahaan terbuka, dalam waktu dekat perusahaan akan membangun Floating Storage Regasification Unit (FSRU) permanen untuk melayani kebutuhan listrik di area Sulawesi Utara. Adapun kontrak selama 15 tahun itu sudah diperoleh sejak tahun 2019. 

"Hasil dari IPO sebagian besar untuk membangun FSRU permanen," kata Direktur GTS Internasional Dedun Widodo dalam Konferensi Pers virtual Kamis (19/8). 

Diharapkan, dengan adanya pembangunan FSRU tersebut, PLN Sulawesi Utara mampu melakukan penghematan yang signifikan. 

Baca Juga: GTS Internasional melepas 2,86 miliar saham pada IPO, simak jadwal lengkapnya

Adapun untuk pembangunan FSRU itu dibutuhkan dana sekitar US$ 55 juta, dengan asumsi nilai kurs rupiah berada di level Rp 14.300 per dolar AS. 

Ini membuat mayoritas dana yang dihimpun melalui IPO akan digunakan untuk pembangunan FSRU permanen. Setidaknya, 64% atau setara US$ 19,2 juta yang akan perusahaan anggarkan untuk pembangunan FSRU itu. 

Dana itu akan diberikan kepada PT Anoa Sulawesi Regas (Anoa) dalam bentuk pinjaman dengan perkiraan suku bunga 7% per tahun dan tenor 8 tahun, serta grace period selama dua tahun. 

Pinjaman tersebut bakal dimanfaatkan untuk membangun FSRU permanen yang rencananya dimulai pada kuartal IV-2021. Apabila pinjaman tersebut sudah dibayarkan kembali, GTSI akan menggunakan dana tersebut untuk pengembangan usaha di masa depan. 

GTS Internasional tidak menutup kemungkinan adanya opsi pendanaan lain untuk memenuhi kebutuhan pembangunan FSRU permanen itu, seperti pinjaman bank maupun pendanaan dari partner, termasuk Foreign Direct Investment (FDI) yang biasanya berinvestasi dalam jangka waktu sangat panjang. 

Sekadar informasi, GTS Internasional menawarkan 2,86 miliar saham baru lewat proses IPO. Jumlah tersebut setara 17,6% saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. 

Kisaran harga IPO GTS Internasional di tetapkan sebesar Rp 100 - Rp 150 per saham. Oleh karenanya, perusahaan potensi mendapatkan dana segar dalam rentang Rp 286 miliar hingga Rp 429 miliar. 

Selain dimanfaatkan untuk pembangunan FSRU, 20% dari dana IPO atau sekitar US$ 6 juta akan digunakan untuk modal kerja GTS Internasional, seperti operasional perusahaan yang meliputi antara lain cadangan docking, membangun war room sistem akuntansi dan keuangan, dan shipping monitoring online system.

Adapun 16% lainnya atau setara US$ 4,8 juta  digunakan untuk penyertaan modal kepada ANOA. Dengan penyertaan dana tersebut, diharapkan struktur permodalan dan modal kerja di ANOA semakin kuat. Sehingga, mampu memberikan kontribusi secara konsolidasi dan stabilitas pendapatan perseroan selama sekitar 15 tahun ke depan.

Baca Juga: Oversubscribed enam kali, Geoprima Solusi tetapkan harga IPO di Rp 180 per saham

Sekadar informasi, GTSI merupakan perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha dalam bidang pengapalan LNG dari terminal penjualan ke terminal pembeli. GTSI juga melakukan penyimpanan dan regasifikasi LNG menjadi gas siap pakai oleh pengguna terakhir. 

Tidak banyak perusahaan logistik yang menjalankan kegiatan usaha tersebut, bahkan dapat dibilang GTSI merupakan satu-satunya. Oleh karena itu, manajemen percaya diri bisnisnya masih memiliki prospek yang menarik ke depan. 

"Peluang bisnis yang berhubungan dengan LNG, khususnya untuk midstream sangat terbuka," kata Dedun. Apalagi, LNG termasuk ke dalam clean energy. Di sisi lain, pemerintah tengah fokus  menggencarkan konsumsi gas untuk kebutuhan dalam negeri. 

Asal tahu saja, walaupun saat ini Indonesia masih menjadi pengekspor LNG, pasokan gas bumi untuk ekspor semakin menurun seiring dengan meningkatnya kebutuhan domestik dari tahun ke tahun.

Pemanfaatan gas bumi domestik naik rata-rata 7,8% sejak tahun 2003 hingga tahun 2017. Sehingga dari total produksi gas bumi di tahun 2017, pemanfaatan gas bumi sebanyak 58,89% diserap untuk kebutuhan domestik dan sisanya 41,11% untuk ekspor.

Direktur Utama GTS Internasional Kemal Imam Santoso menambahkan, harga LNG yang fluktuatif tidak akan berdampak terhadap kinerja perusahaan. Sebab, GTSI merupakan operator yang melayani pengangkutan LNG, yang pendapatannya mayoritas bersumber dari kontrak dengan jangka waktu panjang.

Adapun manajemen juga percaya diri, kemampuan dan pengalaman perusahaan mumpuni untuk memenuhi kontrak-kontrak dengan klien. 

Hingga akhir tahun 2021, kinerja perusahaan diharapkan tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu.  Adapun kinerja perusahaan  tahun ini masih akan ditopang oleh proyek FSRU Amurang. Asal tahu saja, GTS Internasional mengantongi laba sekitar US$ 16,2 juta tahun lalu.

Baca Juga: Harga saham Bukalapak (BUKA) sudah lebih murah daripada harga IPO

"Kami telah mendapat kontrak jangka panjang itu mulai dari tahun 2019 selama 15 tahun ke depan. Dengan tarif sewa per hari kira-kira US$ 39.700. Semoga ini mendongkrak kinerja GTS Internasional untuk tahun 2021 dan seterusnya," imbuh Dedun. 

Sementara untuk jangka menengah, GTSI mengaku sedang berdiskusi secara intens dalam rangka pengadaan FSRU maupun pengapalan LNG. Di sisi lain, FSRU Jawa Satu yang sudah terealisasi pada akhir tahun 2020 lalu diharapkan mampu menghasilkan income bagi perusahaan mulai pertengahan tahun 2022 mendatang. 

Selanjutnya: IHSG melorot 2,06% ke 5.992 pada akhir perdagangan Kamis (19/8), asing catat net buy

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×