Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan demi tantangan menghadang industri sawit untuk menjual Crude Palm Oil (CPO) ke luar negeri. Sejumlah aral melintang yang harus dihadapi antara lain tersendatnya ekspor CPO ke pasar Eropa, naiknya pungutan ekspor CPO dari sebelumnya US$ 50 per ton menjadi US$ 55 per ton, dan masalah lainnya.
Emiten sawit PT Sawit Sumbermas Tbk (SSMS) mengakui sejumlah tantangan tersebut cukup memberatkan kegiatan ekspornya.
Baca Juga: Perusahaan sawit berupaya terus mendorong ekspor CPO
Sekretaris Perusahaan Sawit Sumbermas Sarana Swasti Kartikaningtyas menjelaskan, tantangan yang harus dihadapi perusahaan sawit saat ini secara umum cukup memberatkan kegiatan ekspor SSMS.
"Terutama atas tarif ekspor yang dinaikkan. Untuk itulah kami berharap supaya kenaikan tarif ekspor dapat ditinjau ulang untuk meningkatkan daya saing CPO dari Indonesia," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (11/6).
Lantas, dengan adanya kebijakan naiknya pungutan ekspor CPO, Swasti menyatakan bisa saja komposisi penjualan ke pasar domestik menjadi lebih besar mengingat SSMS sedang gencar menjual sawit ke dalam negeri.
Adapun saat ini CPO yang diproduksi SSMS memang mayoritas dijual ke industri hilir dalam negeri yang masih termasuk grup induk perusahaan.
Baca Juga: Berharap dari Kenaikan Harga CPO, Simak Rekomendasi Saham Sawit Sumbermas (SSMS)
"Adapun penjualan produk hilir tersebut baru kemudian dipasarkan di dalam dan ke luar negeri," ungkapnya.
Menurut Swasti, kebijakan naiknya pungutan ekspor harus diimbangi dengan peningkatan implementasi kebijakan B30 supaya permintaan domestik menjadi tinggi dan bisa meningkatkan harga CPO.
"Selain itu, menggaungkan praktik sustainable palm oil di Indonesia supaya kepercayaan konsumen terhadap minyak sawit berkelanjutan bisa meningkat," tutup Swasti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News