Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) akan semakin ekspansif tahun ini. Emiten ini akan menambah kapasitas pabrik pupuknya yang berada di Mojosari, Jawa Timur.
Sekretaris Perusahaan Saraswanti Anugerah, Dadang Suryanto mengatakan, pihaknya berencana untuk menambah satu line produksi, dimana satu line produksi berkapasitas 45.000 ton – 50.000 ton per tahun.
Dadang mengaku penambahan kapasitas ini memakan biaya sekitar Rp 40 miliar - Rp 45 miliar, yang berasal dari dana internal perusahaan
Adapun nantinya setelah penambahan satu line produksi, kapasitas produksi terpasang SAMF secara total akan bertambah menjadi 645.000-650.000 ton dari sebelumnya 600.000 ton. “Karena permintaan naik, jadi kami juga mesti menambah kapasitas line produksi,” terang Dadang saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (10/3).
Baca Juga: Petrokimia Gresik ungkap dampak kenaikan harga minyak dunia ke bahan baku pupuk
Saat ini, kebanyakan pelanggan Saraswanti berada di wilayah Sumatra dan Kalimantan, yang merupakan basis perkebunan sawit. Dadang menyebut, dua pulau ini menyumbang hampir 92% dari total perkebunan sawit di Indonesia. Namun, SAMF tetap terus mengeksplor kemungkinan adanya pesanan dari wilayah lain, seperti Sulawesi, Papua, maupun dari Jawa sendiri.
“Potensi paling besar ada di Sumatra dan Kalimantan. Apakah ada potensi pengembangan di daerah lain? Pasti ada,” sambung dia.
Tahun lalu, saat pandemi mulai menyebar, distribusi pupuk SAMF sempat terganggu karena sejumlah wilayah yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun, saat ini Dadang mengaku distribusi dari pabrik ke area perkebunan sudah kembali normal.
Hanya saja, dari segi pengadaan bahan baku, SAMF mengalami sedikit ganguan. Saat ini, China getol untuk mengirim ekspor alat pelindung diri (APD) ke wilayah Amerika Utara dan Selatan. Akibatnya, banyak muatan kapal barang dan kontainer yang dikirim ke wilayah sana.
Baca Juga: Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) telah serap seluruh dana IPO senilai Rp 93 miliar
Nah, untuk kembali ke Negara asalnya, kapal-kapal tersebut tidak mungkin kembali dalam keadaan kosong. Untungnya, saat ini China mengakali pengembalian kontainer maupun kapal dengan cara mengangkut kedelai dari Amerika Selatan dan Utara. “Mudah-mudahan begitu sudah kembali, bisa kami gunakan untuk mengangkut bahan baku, “ pungkas dia.
Adapun permintaan pupuk NPK non subisidi SAMF terkerek 15%-20% akibat naiknya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) saat ini. SAMF memang masih merampungkan laporan keuangan akhir 2020. Namun dengan adanya kenaikan permintaan pupuk, Dadang memproyeksi pendapatan SAMF akan naik 15% tahun ini.
Selanjutnya: SAMF: Prospek pasar pupuk di Indonesia masih memiliki potensi tumbuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News