Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Jajaran manajemen induk PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), Asia Resource Minerals Ltd (ARMS), berpotensi berubah.
Salah satu pemegang saham ARMS, Samin Tan, melalui perusahaannya PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) ingin menguasai lagi tampuk kepemimpinan ARMS. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan agenda pergantian direksi ARMS tersebut akan berlangsung di London, pada Rabu (4/2) waktu setempat.
Pada 22 Desember 2014, Samin Tan mengajukan agenda RUPS untuk mencopot CEO ARMS Amir Sambodo. Jajaran direksi ARMS, yakni Richard Goxney dan Hamish Tyrwhitt juga ingin diganti oleh "orang dalam" BORN.
Untuk mengisi posisi itu, Samin Tan merekomendasikan empat nama. Mereka adalah Kenneth Raymond Allan, Kin Chan, Benjamin Alexander Wiley dan Alexander Ramlie.
Kemungkinan bakal ada tarik ulur dari pemegang saham terkait pergantian direksi ini. Sebab, dalam rilis resmi ARMS 12 Januari 2015, manajemen ARMS mendesak para pemegang saham menolak proposal Samin Tan. ARMS merasa pergantian direksi dianggap hanya menguntungkan BORN. Di sisi lain, masih ada masalah keuangan yang menjadi fokus ARMS, terutama soal pelunasan obligasi BRAU yang bakal jatuh tempo tahun ini.
Lalu, jika pemegang saham menyetujui pergantian direksi ini, apa efeknya terhadap nasib BRAU? Sayang, Amir Sambodo tak menanggapi konfirmasi KONTAN melalui panggilan telepon dan pesan dari. Begitu pula pihak Samin Tan, baik Kenneth maupun Alexander Ramlie.
Tarik ulur ini tak pelak mempertaruhkan nasib obligasi BRAU. Perseroan memang tengah berjuang menghindari gagal bayar obligasi US$ 450 juta itu yang jatuh tempo pada 8 Juli tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa (3/2), harga obligasi BRAU berkupon 12,5% itu mulai menanjak, ketika ARMS mengumumkan restrukturisasi obligasi BRAU. Apalagi, pemegang saham ARMS, Nathaniel Rothschild, berkomitmen mendukung pendanaan dalam pelunasan obligasi BRAU.
Amir pernah bilang, ARMS akan menjual saham dengan mekanisme rights issue di Bursa London. Nilainya bisa US$ 100 juta. Rothschild akan menjadi pembeli siaga jika saham itu tak terserap. Ia memastikan, aksi korporasi itu akan dieksekusi pada Maret 2015, sebelum masa jatuh tempo obligasi BRAU.
Namun, rencana pelunasan utang ini akan berubah jika terjadi pergantian direksi ARMS. "Hasil voting dari pemegang saham terhadap pergantian direksi BRAU menjadi fokus investor saat ini," ujar Raymond Chia, Kepala Riset Asia ex-Jepang di Schroder Investment Management Ltd, seperti dikutip Bloomberg.
Kini, BRAU hanya memiliki amunisi dana dari initial public offering (IPO) senilai Rp 129 miliar atau US$ 11 juta untuk melunasi obligasi. Sisa kebutuhan US$ 339 juta dipenuhi dari berbagai cara, termasuk rights issue atau kembali menerbitkan obligasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News