Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) membukukan kerugian bersih sebesar Rp 7,4 triliun di 2020. Jumlah tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di 2019 yang masih mengantongi laba bersih Rp 928 miliar. Pendapatan WSKT di 2020 juga tercatat merosot 48% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 16,2 triliun.
Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian mengatakan, bila dilihat secara kuartalan, kerugian yang dialami WSKT memburuk di kuartal keempat 2020 menjadi Rp 4,7 triliun. Padahal di kuartal ketiga tahun 2020 jumlah kerugian WSKT hanya Rp 1,5 triliun. Merosotnya kerugian WSKT di kuartal keempat 2020 lantaran beban pokok yang naik 80% secara kuartalan menjadi Rp 7,2 triliun dan belanja operasional atau operational expenditure (opex) yang naik 285% secara kuartalan menjadi Rp 964 miliar.
"Segmen precast dan beban pembiayaan menjadi alasan utama Waskita Karya mengalami kerugian," jelas Joey dalam risetnya, Selasa (30/3). Kerugian kotor WSKT di 2020 terutama disebabkan oleh segmen precast yang membukukan kerugian kotor Rp 3,4 triliun.
Pendapatan di segmen ini juga turun 61% secara tahunan menjadi Rp 764 miliar sedangkan beban pokok naik 187% yoy menjadi Rp 4,2 triliun di 2020. Kondisi ini terjadi lantaran manajemen melakukan beberapa klasifikasi ulang pada laba rugi yang dicatat sebagai biaya overhead dan bahan baku masing naik 247% yoy menjadi Rp 3,1 triliun dan naik 98% menjadi Rp 983 miliar.
Baca Juga: Kinerja lebih buruk daripada prediksi, analis meninjau lagi perkiraan saham WSKT
Sedangkan beban bunga tercatat tumbuh 31% yoy terutama karena beban bunga yang ditimbulkan oleh pengoperasian tol baru yaitu Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM), Kayu Agung-Palembang-Betung, dan Cimanggis-Cibitung.
"Meskipun utang berbunga WSKT lebih rendah 8% yoy menjadi Rp 65 triliun, gearing WSKT naik menjadi 3,9 kali dari sebelumnya 2,9 kali di kuartal ketiga 2020. Semata-mata karena penurunan ekuitas sebanyak 43% yoy menjadi Rp 16,6 triliun karena penerapan PSAK 71,72 dan 73," imbuh dia.
Joey berharap WSKT dapat menyelesaikan divestasi enam ruas tol di akhir 2021 dengan potensi keuntungan setelah pajak sebesar Rp 3 triliun menggunakan asumsi valuasi 1,3 price to book value (PBV). WSKT sebelumnya menandatangani CSPA penjualan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi 30% dan Semarang-Batang 20% yang diharapkan selesai pada April 2021. "Pasca-divestasi kami berharap WSKT memiliki utang Rp 17 triliun yang didekonsolidasi," kata dia.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) merestrukturisasi kewajiban sekitar Rp 15 triliun
WSKT juga berpotensi mendapatkan jaminan pemerintah berupa pinjaman bank senilai Rp 9,8 triliun dengan suku bunga lebih rendah dan tenor 7 tahun untuk membantu mendanai pembangunan proyek 44-55 PEN dan PSN di masa depan. Selain itu, WSKT juga sedang mengajukan suntikan modal pemerintah (PMN), yang membantu meningkatkan solvabilitas perusahaan.
Dus, Joey menurunkan rekomendasi WSKT dari beli menjadi hold sejalan dengan prediksi di 2021 WSKT masih akan membukukan kerugian sebesar Rp 190 miliar. Dia memperkirakan Waskita baru akan membukukan laba bersih di 2022 sebesar Rp 591 miliar. Sementara itu proyeksi pendapatan WSKT di 2021 sebesar Rp 21,89 triliun.
Joey juga merevisi proyeksi perolehan kontrak baru WSKT dari Rp 25,2 triliun menjadi Rp 23 triliun dengan asumsi emiten ini masih dalam kendala finansial meski rencana divestasi di 2021 telah selesai. Adapun target harga yang ditetapkan Sucor Sekuritas sebesar Rp 1.350 per saham.
Di awal perdagangan sesi II, Selasa (30/3), harga saham WSKT turun 6,75% kee Rp 1.175 per saham.
Baca Juga: Rapor Merah Emiten BUMN Karya: Laba WIKA Anjlok, WSKT Bukukan Kerugian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News