kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saham-saham yang dibuang asing ini masih menarik dikoleksi


Jumat, 14 September 2018 / 21:32 WIB
Saham-saham yang dibuang asing ini masih menarik dikoleksi
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, investor asing mengakumulasi penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 53,79 triliun. Aksi jual banyak terjadi pada saham-saham blue chip.

Beberapa saham yang didera net sell terbesar sejak awal tahun di antaranya, BBRI sebesar Rp 11,17 triliun, TLKM sebesar Rp 5,77 triliun, ASII sebesar Rp 5,33 triliun, BBNI sebesar Rp 5,23 triliun, dan UNTR sebesar Rp 4,7 triliun.

Di tengah total penjualan bersih asing, ada lima besar emiten yang masih mencatat net buy di antaranya BBCA sebesar Rp 2,66 triliun, PTBA Rp 2,37 triliun, INKP Rp 2,05 triliun, MEDC sebesar Rp 1,89 triliun dan BTPS sebesar Rp 618, 91 miliar.

Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas mengatakan, aksi jual ini masih wajar karena dipengaruhi kondisi pasar belakangan ini yang masih tak menentu. Padahal, fundamental saham yang banyak terkena aksi jual asing masih banyak yang menarik. "Harga saham juga dipengaruhi oleh kondisi pasar," kata Frederik (14/9)

Frederik pun bilang, dari saham-saham yang dibuang asing, ada beberapa saham yang sebenarnya layak ditampung. Yang penting, saham tersebut likuid, sering membagi dividen dan bisnisnya mendukung makroekonomi Indonesia. 

Frederik menilai, lima saham yang banyak didera aksi jual asing itu masih menarik. Saham BBNI misalnya, direkomendasikan beli dengan target harga Rp 10.800 hingga akhir tahun.

Apalagi, BNI mendapat proyek besar yaitu menjadi arranger untuk pertemuan IMF dan World Bank di Indonesia. Beberapa proyek strategis BUMN juga dipresentasikan oleh BNI di acara tersebut, sehingga ada peluang besar bagi BNI untuk terlibat dalam transaksi terkait proyek BUMN.

Kepala Riset Narada Asset Management, Kiswoyo Adi Joe menilai, meskipun dilanda aksi jual, bukan berarti saham-saham tersebut tidak bagus. "Itu artinya saham itu diperdagangkan, dan jatuhnya bisa menjadi saham blue chip yang nantinya bisa diburu investor untuk dikoleksi" kata Kiswoyo

Sementara itu, saham-saham yang banyak dibeli asing dipengaruhi oleh kinerja keuangan semester I, aksi korporasi dan harga yang masih menarik. Kiswoyo merekomendasikan untuk buy TLKM di harga Rp 5.000, BBRI Rp 4000, BBCA Rp 26.000, MEDC Rp 1.400, PTBA Rp 4.500, UNTR Rp 37.000 dan ASII Rp 9.000.

Senada, analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji juga mengatakan, terjadinya net sell di suatu saham bukan berarti sahamnya tidak bagus. "Saham-saham blue chip memang terkenal sangat likuid dan memiliki volatilitas pergerakan harga saham yang sangat tinggi, sehingga menarik bagi para pelaku trader maupun investor," kata Nafan.

Nafan merekomendasikan buy BBCA dengan target price jangka menengah di level Rp 25.700, PTBA dengan target jangka menengah Rp 4.730, INKP jangka pendek di level Rp 18.500, BBRI dengan target jangka menengah hingga jangka panjang di level Rp 3.800, TLKM dengan target jangka panjang di level Rp 4.530, dan ASII dengan target jangka panjang di level Rp 8.500, BBNI jangka menengah di level Rp 7.975, dan UNTR dengan target jangka panjang di level Rp 43.725.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×