Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Juli 2019, indeks saham konstruksi turun 2,05%. Berdasarkan penelusuran Kontan.co.id, hanya ada empat dari 14 saham yang pergerakannya positif. Lalu, ada delapan saham mengalami tekanan dan dua saham lainnya stagnan.
Saham yang satu bulan lalu tetap menguat adalah Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE), Nusa Raya Cipta (NRCA), Surya Semesta Internusa (SSIA), dan Superkrane Mitra Utama (SKRN).
Baca Juga: IHSG terkoreksi 0,02% ke 6.389 di akhir perdagangan sesi I
Saham yang mengalami tekanan adalah Waskita Karya (WSKT), Wijaya Karya (WIKA), Total Bangun Persada (TOTL) , PTPP, Adhi Karya (ADHI), Jaya Konstruksi Manggala Pratama (JKON), Totalindo Eka Persada (TOPS), dan Acset Indonesia (ACST). Sementara saham yang stagnan adalah Indonesia Pondasi Raya (IDPR) dan Nusa Konstruksi Enjiniring (DGIK).
Kondisi tersebut lantas menekan pergerakan indeks saham sektor konstruksi. Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher melihat, tekanan tersebut tak lepas dari momentum pemilu pada semester satu ini. Emiten konstruksi banyak menunda penyelesaian proyek, sehingga akan diselesaikan akhir tahun. "Saya rasa konstruksi masih sangat mungkin bertumbuh pada semester dua ini," kata Dennies saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (1/8).
Baca Juga: Acset Indonusa (ACST) catatkan kontrak baru Rp 1,44 triliun sepanjang semester I-2019
Menurut Dennies, belum akan ada tekanan berarti pada semester dua ini meski belum ada kepastian kabinet yang akan dipilih Presiden RI Joko Widodo dan wakilnya Ma'ruf Amin. "Semester dua sudah tidak ada efek itu, seharusnya sudah mulai kejar proyek lagi. Belum lagi akan ada perencanaan untuk tahun depan, harusnya lebih baik," imbuh Dennies.
Untuk itu, secara fundamental, investor tetap perlu melihat pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan laba dan arus kas. Dennies juga menambahkan bahwa sektor konstruksi yang berada di bawah BUMN lebih minim risiko.
Baca Juga: Kemenhub tawarkan proyek infrastruktur Rp 2,39 triliun ke swasta, ini rinciannya
Ambil contoh, harga saham WSKT mengalami tekanan 0,76% dalam satu bulan lalu. Meskipun begitu, pada semester I-2019 WSKT memperoleh nilai kontrak baru sebesar Rp 8,18 triliun atau naik 6,93% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Perolehan kontrak baru tersebut ditopang sejumlah proyek besar seperti Bandara Juanda di Jawa Timur Rp 623 miliar, Tol Becakayu di Jawa Barat Rp 773 miliar dan Tol Bakaheuni-Terbanggi Besar di Lampung Rp 343 miliar.
Baca Juga: Semester I 2019, Waskita Karya (WSKT) menerima arus kas masuk Rp 7,49 triliun
Sedangkan realisasi penerimaan arus kas sampai dengan semester I tercatat sebesar Rp 7,49 triliun. Diperoleh dari beberapa pembayaran proyek seperti Tol Cisumdawu, Tol Pemalang-Batang Paket 4 dan Tol Bakaheuni-Terbanggi Besar.
Selanjutnya WSKT membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 14,8 miliar pada semester I-2019 dengan laba bersih Rp 1,01 triliun, dan net margin 6,85%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News