kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham-saham berfundamental solid masih terkoreksi, bisa jadi momentum untuk akumulasi


Selasa, 20 Juli 2021 / 15:06 WIB
Saham-saham berfundamental solid masih terkoreksi, bisa jadi momentum untuk akumulasi
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham big caps dengan fundamental solid masih terkoreksi sejak awal tahun. Misalkan, saham-saham di sektor barang konsumsi, perbankan, dan pertambangan.

Di sektor barang konsumsi, sejumlah saham seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan saham PT PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) masih terjebak di zona merah.

Analis Erdikha Elit Sekuritas Regina Fawziah menilai, saham-saham ini memiliki potensi menguat ke depan. Terlebih, dari sisi fundamental, saham-saham ini memang solid, terutama untuk saham-saham berbasis komoditas. 
Tidak hanya batubara, saat ini harga timah, nikel, serta minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga cukup membumbung, sehingga berpotensi mendorong kenaikan harga saham emiten terkait.

Untuk jangka panjang, para investor bisa memanfaatkan penurunan dari harga saham emiten big caps ini sebagai momentum untuk melakukan pembelian atau cicil beli. Sebab, harga dari saham-saham ini sebenarnya relatif murah jika dilihat berdasarkan price to earing (PE) ratio ataupun price to book value (PBV) yang masih cenderung berada di bawah rata-rata.

Baca Juga: Ini penyebab lesunya pergerakan saham-saham berfundamental bagus

Meskipun secara teknikal beberapa saham tersebut masih dalam fase downtrend bahkan belum ada tanda-tanda teknikal rebound berdasarkan MA 200 yang garisnya masih berada jauh di atas candle, ke depannya potensi pembalikan arah masih tetap ada.

Regina menilai saat ini sudah bisa dilalukan akumulasi beli untuk jangka menengah untuk saham INDF. Secara teknikal, saham INDF sudah ada tanda-tanda technical rebound, yang mana pergerakan chart-nya sudah mendekati garis candle moving average 200. 
Berdasarkan RSI, INDF juga memiliki potensi penguatan yakni dengan resistance Rp 6.800 - Rp 7.110 dengan support Rp 6.495 - Rp 6.400.

Regina menilai, saham-saham yang cukup prospektif saat ini meliputi emiten berbasis komoditas timah dan nikel seperti PT Timah Tbk (TINS) dengan level resistance Rp 1.770 – Rp 1.870 dan level support Rp 1.650. Sementara saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan level resistance Rp 2.770 - Rp 2.845 dan level support Rp 2.500.

Di sektor tambang batubara, Regina merekomendasikan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan level resistance Rp 2.230 - Rp 2.300 dan level support Rp 2.090, serta saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan level resistance Rp 1.280 – Rp 1.300 dan level support Rp 1.240.

Saham PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) juga dinilai menarik dengan adanya katalis meningkatnya kebutuhan akan gas oksigen. Saham AGII memiliki level resistance Rp 1.810 –Rp 1.890 dan support Rp 1.590.

Analis BRIDanareksa Sekuritas Eka Savitri menilai, valuasi saham di sektor perbankan yang saat ini sedang mengalami tekanan seharusnya menjadi titik masuk atau entry point yang menarik. Hal ini mengingat kinerja pergerakan saham perbankan besar sedang berada di zona merah sejak awal tahun, dengan penurunan terbesar dialami oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Di tengah potensi terjadinya depresi ekonomi yang ditunjang dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang lemah, Eka melihat bahwa bank-bank besar sudah memiliki rasio kecukupan likuiditas (coverage ratio) yang memadai. Emiten seperti BBNI dan PT Bank Tabungan Negara (BBTN) dinilai membutuhkan suntikan modal untuk mendukung ekspansi bisnis mereka ke depan.

BRIDanareksa Sekuritas mempertahankan rating overweight untuk sektor perbankan. Saham BBNI tetap menjadi pilihan utama (top picks) di sektor ini, yakni rekomendasi beli dengan target harga Rp 8.000. BBNI dinilai memiliki profil manajemen risiko yang lebih baik dan valuasi yang menarik.

Baca Juga: Harga Saham Meroket, Kekayaan Taipan Menggunung

Selain BBNI, BRIDanareksa Sekuritas juga merekomendasikan beli untuk saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 8.000, BBTN dengan target harga Rp 2.200, serta saham BTPN Syariah Tbk (BTPS) dengan target harga Rp 4.200.

Sementara itu, BRIDanareksa menyematkan rekomendasi hold untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan target harga Rp 34.000, saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan target harga Rp 3.200, dan untuk saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) dengan target harga Rp 850. 

Selanjutnya: Ada 17 saham yang masuk daftar efek dalam pemantauan khusus BEI, saham apa saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×