Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak sama dengan saham-saham perbankan yang memiliki kapitalisasi besar, saham-saham bank digital masih tak bertenaga. Di mana, harga saham bank digital masih berada di area merah jika dilihat secara year-to-date atau sejak awal tahun.
Memang, beberapa saham menunjukkan ada kenaikan selama sepekan terakhir. Namun, hal tersebut dinilai belum dapat menempatkan saham-saham bank digital dalam tren meningkat.
Misal, PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang selama sepekan terakhir ini naik sekitar 7,83% di level Rp 2340 per saham. Namun, harga saham tersebut masih turun 37,10% secara ytd.
Baca Juga: Saham BBRI Diproyeksi Terus Naik, Ini Sebabnya
Ada juga PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) yang selama sepekan terakhir naik tipis 0,72% di level Rp 280 per saham. Menariknya, saham ini menjadi satu-satunya yang naik secara ytd yaitu tumbuh hingga 20,69%.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian bilang bahwa saat ini saham-saham bank digital ini masih diselimuti oleh sentimen-sentimen negatif. Sehingga, masih berada dalam fase menurun.
Menurutnya, bank digital ini masih mempunyai tantangan tinggi, terlebih dengan tingkat suku bunga yang masih tinggi. Tentu, ini akan membuat cost of fund bank digital tinggi karena bunga yang ditawarkan oleh bank digital ini terkenal lebih tinggi dibandingkan bank-bank konvensional. “Ini tentu menekan margin bunga bersih,” ujar Fajar.
Fajar juga menyebut tantangan berikutnya yang perlu diperhatikan dari bank-bank digital ini adalah bagaimana untuk memacu kredit. Mengingat, tren kredit yang melambat masih menjadi bayang-bayang industri perbankan. “Saat ini tidak ada yang bisa dicermati,” ujarnya.
Baca Juga: Punya Potensi Besar, Tapi Saham Bank Syariah Kurang Bertenaga, Ini Sebabnya
Sependapat, Head Of Research Mega Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengungkapkan bahwa saat ini pasar masih menanti kepastian dari bank sentral AS terkait berapa banyak lagi kenaikan suku bunga di sisa 2023. “Kapan mulai dipangkas suku bunganya,” ujar Cheril.
Lebih lanjut, Cheril bilang saat ini lebih baik wait and see terlebih dahulu jika hendak masuk ke saham bank digital. Sebab, ada kemungkinan juga harga saham bank digital ini naik. “Asal sentimen suku bunga bisa lebih dovish,” ujarnya.
Sementara itu, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus melihat secara fundamental bank-bank digital ini bisa dikatakan baik.
Ia mencontohkan ARTO yang mampu menumbuhkan DPK sekitar 65% secara tahunan. Lebih lanjut, kredit yang bisa disalurkan oleh bank tersebut mencapai Rp 11,2 triliun pada kuartal II/2023.
Baca Juga: Saham Bank Syariah Kurang Bertenaga Meski Potensi Besar
“Ini merupakan fundamental yang sungguh baik, tapi pertanyaannya prospeknya bagaimana di kondisi yang tidak pasti,” ujarnya.
Sementara itu, Nico berpendapat untuk bank digital ini disarankan melihat bagaimana ekosistem yang terbentuk. Sebab, itu menjadi salah satu jalan bagi bank tersebut untuk melakukan penetrasi secara digital. “Saat ini yang bisa diperhatikan ARTO,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News