Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada hari ini Selasa (6/12) ditutup memerah.
Pada saat penutupan perdagangan di bursa saham saham TLKM berada di harga Rp 3.600 per saham.
Jika dibandingkan dengan harga sebelumnya yakni sebesar Rp 3.840, berarti harga saham TLKM turun 6,25%.
Sebagai catatan, saham PT Telkom pada awal perdagangan, dibuka di bawah harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 3.640 per saham.
Saham TLKM sempat menyentuh harga tertinggi Rp 3.720 dan harga terendah Rp 3.580, artinya saham TLKM ditutup turun Rp 240 dalam sehari.
Baca Juga: IHSG Anjlok 1,36% ke 6.892, Selasa (6/12), Sektor Infrastruktur Turun Dalam
Pada saat penutupan, harga permintaan (bid) tertinggi Rp 3.590 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah di Rp 3.600 per saham.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham TLKM mencapai Rp 1.510,40 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 4.166.315 lot.
Sebelumnya dalam analisa yang di tulis KONTAN.co.id prospek kinerja PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) bakal ditopang rencana merger Indihome dan Telkomsel.
Upaya penggabungan usaha ini disinyalir guna menghadapi persaingan industri telekomunikasi yang semakin ketat.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan mengatakan bahwa rencana penggabungan Telkomsel dan IndiHome merupakan langkah yang tepat untuk menjadi penyedia Fixed-Mobile Convergence (FMC) terkemuka.
Baca Juga: Listing Hari Ini, Waran Terstruktur Underlying TLKM Jadi Favorit Investor
Kedua lini bisnis tersebut masih terus bertumbuh. Emiten pelat merah ini mencatatkan pendapatan Rp 108,8 triliun hingga September 2022. Pendapatan Telkom meningkat 2,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 106 triliun.
Rinciannya, Telkomsel menyumbangkan pendapatan sebesar Rp 66,2 triliun atau setara 61% terhadap total pendapatan TLKM dari Januari-September 2022. Diikuti oleh IndiHome dengan kontribusi pendapatan sebesar Rp 20,9 triliun atau setara 19% dari total pendapatan.
Sementara sekitar 15% pendapatan berasal dari bisnis lain-lain. Mitratel berkontribusi setara 5% terhadap total pendapatan.
"Kami juga memihak Telkom karena upayanya untuk mengkonsolidasikan pusat data, infrastruktur, dan bisnis digital untuk lebih mengangkat nilai grup," kata Steven kepada Kontan.co.id, Selasa (21/11).
Steven memperkirakan rencana merger Indihome dan Telkomsel akan selesai pada kuartal pertama 2023. Langkah ini dinilai dapat memperkokoh posisi TLKM sebagai pemimpin di industri telekomunikasi Indonesia.
Baca Juga: Kemenperin Jodohkan BUMN dengan IKM Elektronik dan Telekomunikasi
Sebab, ancaman datang dari para pesaing TLKM. Misalnya intensitas lebih tinggi telah diciptakan oleh ISAT dan Hutchison yang resmi merger tahun ini.
Hal tersebut tercermin dari Average Revenue Per User (ARPU) Telkomsel hingga kuartal ketiga 2022 tercatat turun 2,3% YoY menjadi Rp 43.000 dari Rp 44.000 di periode yang sama tahun lalu. Sementara jumlah Base Transceiver Station (BTS) naik 6,1% YoY menjadi 260.815 unit.
Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono mengamini bahwa kinerja TLKM di kuartal ketiga 2022 mulai goyah. Pengguna Telkomsel turun 5,8% di kuartal ketiga dan ARPU Telkomsel meningkat menjadi Rp 43.000 atau naik 2,4% QoQ atau secara kuartalan.
Sementara pendapatan dari Indihome tumbuh sebesar 1,1% QoQ dengan penambahan 149.000 pelanggan dengan ARPU terpantau turun 0,4%.
Di industri seluler, Telkomsel akan menghadapi persaingan yang semakin ketat di masa depan. Sementara, akuisisi LINK oleh Axiata Group, peluncuran Fiber-to-the-Home (FTTH) ISAT akan berdampak negatif bagi IndiHome.
Menurut dia, lanskap persaingan baru dapat kembali membaik setelah konsolidasi Telkomsel dan IndiHome usai.
Baca Juga: Listing Hari Ini, Waran Terstruktur Underlying TLKM Jadi Favorit Investor
"Kinerja di kuartal ketiga 2022 mencerminkan adanya ancaman yang dihadapi TLKM dari kompetitor," imbuh Agus kepada Kontan.co.id, Selasa (21/11).
Di sisi lain, analis Maybank Sekuritas Etta Rusdiana Putra menyoroti terkait tekanan laba bersih bukan karena melemahnya bisnis seluler TLKM, melainkan akibat kerugian TLKM dari investasi GOTO.
TLKM membukukan laba bersih hingga September 2022 sebesar Rp 16,58 triliun. Angka ini turun 12,14% secara tahunan dari sebelumnya Rp 18,87 triliun.
Dalam riset 5 Oktober 2022, Etta menjelaskan bahwa TLKM dapat mencatatkan kerugian yang belum terealisasi sebesar Rp 3,0 triliun untuk GOTO. Ini yang ditengarai sebagai penyebab penurunan laba bersih Telkom.
Kendati demikian, Maybank Sekuritas meyakini operasi infrastruktur digital akan tetap solid. Sehingga, TLKM dapat mempertahankan kepemimpinan pasar di Indonesia.
Selain itu, ancaman inflasi yang menekan kantong konsumen dianggap tidak berdampak signifikan bagi Telkom. Sebab, basis pelanggan Telkomsel kurang sensitif terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan dominasi pelanggan segmen menengah ke atas.
"Selain itu, layanan IndiHome juga sudah menyasar segmen berpenghasilan menengah ke atas dengan Jawa sebagai wilayah utama," tulis Etta dalam riset 5 Oktober lalu.
Etta menyebutkan TLKM menjadi pemimpin pasar terdorong oleh jaringannya yang luas. Pada tahun 2021, bisnis broadband TLKM yakni IndiHome memiliki 8,6 juta pelanggan dan layanan seluler Telkomsel dengan 175,9 juta pelanggan.
Analis JP Morgan Ranjan Sharma dalam riset 11 November 2022 percaya TLKM memiliki keunggulan kompetitif struktural dengan operasinya yang terintegrasi. Telkom memimpin secara signifikan dalam pasar seluler broadband dan jaringan fixed-line yang lebih komprehensif.
Baca Juga: Listing Hari Ini, Waran Terstruktur Underlying TLKM Jadi Favorit Investor
"Penetrasi fixed broadband yang meningkat mendukung pertumbuhan yang kuat dalam layanan fixed-line," ungkap Ranjan dalam riset, Jumat (11/11).
Keuntungan pangsa pasar yang berkelanjutan dan pendapatan akan menjadi katalis utama bagi Telkom Indonesia. Karena itu, Ranjan menyematkan peringkat overweight (OW) dengan target harga sebesar Rp 5.100 per saham untuk TLKM.
Etta merekomendasikan beli dengan target harga sebesar Rp 5.500 per saham untuk TLKM. Sementara, Steven mempertahankan TLKM dengan peringkat beli namun dengan target harga lebih rendah yaitu Rp 5.200 per saham dari sebelumnya Rp 5.500 per saham.
Agus merekomendasikan hold saham TLKM dengan penurunan target harga menjadi Rp 4.650 dari Rp 4.700 per saham. Seiring hal tersebut, Aldiracita Sekuritas memangkas perkiraan laba bersih Telkom untuk tahun 2022 sampai tahun 2024, masing-masing diproyeksikan turun sebesar 4,0%, 1,4%, dan 3,3%.
Hingga akhir tahun ini, TLKM diprediksi mencatatkan Rp 150,20 triliun dengan laba bersih Rp 25,12 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News