kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham properti pimpin return tertinggi di BEI


Senin, 11 Agustus 2014 / 05:05 WIB
Saham properti pimpin return tertinggi di BEI
ILUSTRASI. Record of Ragnarok Season 2 Part 2 Pamer Visual Baru, ini Daftar Cast Barunya


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Kinerja operasional emiten properti memang tengah melambat. Namun tak begitu dengan laju sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Imbal hasil (return) saham sektor properti malah paling tinggi dibandingkan saham sektor lain.

Memasuki semester kedua tahun ini, saham properti - yang mencakup sektor konstruksi, memimpin dengan kenaikan 13,99% terhitung sejak awal Juli. Bahkan sejak awal tahun hingga Jumat pekan lalu (year to date/ytd), harga saham properti telah melompat 36,8%. Selanjutnya, saham sektor keuangan meningkat 24,31% (ytd). Di posisi ketiga, saham sektor infrastruktur tumbuh 21,81% (ytd).

Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya, menilai, kenaikan harga saham properti sebenarnya ditopang emiten sektor konstruksi. Tengok harga saham ADHI yang meroket 98,7% (ytd), WSKT melejit 95,23%, serta PTPP melompat 92,43%. Konstruksi terkait erat dengan infrastruktur.

Di tahun politik, dia melihat infrastruktur merupakan sektor yang digenjot pemerintah. Ini karena infrastruktur adalah sektor yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. “Pemerintahan lama dan baru ingin menunjukkan kinerja dengan menggarap proyek infrastruktur,” ujar William.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada juga menilai saham sektor infrastruktur naik tinggi karena para calon presiden berjanji menempatkan sektor infrastruktur dan konstruksi sebagai prioritas utama. Dari situ, muncul persepsi pelaku pasar bahwa sektor itu akan berkembang pesat.

Terkait sektor keuangan, Reza menyebutkan kenaikan saham perbankan karena pelaku pasar melihat bagaimana Bank Indonesia menjaga posisi suku bunga acuan (BI rate) di posisi 7,5%. Dengan data ekonomi yang tak tumbuh baik, dia memprediksi BI rate belum akan naik lagi. Inilah yang membuat saham perbankan dan properti masih tumbuh cemerlang.

Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe memprediksi, kenaikan harga saham properti tak berlangsung lama. Tingginya suku bunga turut menghambat pertumbuhan sektor ini.

Jika sektor properti dan keuangan meraup untung, lain lagi dengan sektor perkebunan. Harga saham perkebunan hanya naik 3,85% (ytd). Ini adalah kenaikan terendah dibandingkan sektor lain. Pertumbuhan saham perkebunan jauh di bawah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencetak return 18,24% (ytd). Bahkan dalam sebulan terakhir, saham perkebunan minus 4,7%.

Soal koreksi saham perkebunan, Reza melihat ini dampak badai El Nino yang urung terjadi. Ketika ada estimasi El Nino, saham emiten penghasil CPO melambung tinggi. Namun ketika prediksi meleset, pelaku pasar memilih aksi profit taking.

Di sisi lain, William menilai beberapa pihak mencadangkan persediaan CPO sejak awal tahun, karena adanya perkiraan badai EL Nino. Dengan cadangan yang masih cukup, permintaan CPO stabil. Jika tak ada El Nino, Kiswoyo menerka harga CPO di RM 2.700 per ton. Apabila El Nino terjadi, harga CPO bisa naik ke RM 3.000 per ton.

Sampai akhir tahun 2014, William memperkirakan saham yang masih akan meningkat adalah saham properti berbasis konstruksi seperti WIKA dan WSKT. Saham perbankan seperti BBNI dan BBCA juga masih bakal memberi cuan bagus. Di sektor infrastruktur, dia melihat TBIG bisa naik tinggi karena kebutuhan dasar komunikasi cepat bertumbuh. Terakhir, konsumer seperti INDF dan UNVR masih berprospek karena saham defensif dan rajin menebar dividen.

Sedangkan Reza melihat saham perbankan seperti BBRI, BMRI, BBNI dan BBCA akan terus moncer. Emiten properti yang memiliki pendapatan berulang atau recurring income seperti CTRA, BSDE, MDLN, serta LPKR juga tetap bakal berkembang. Terakhir, emiten konstruksi pelat merah seperti ADHI, WIKA, WSKT dan PTPP akan terus mendulang cuan.

Kiswoyo mengatakan, sektor perbankan dan konsumer masih berbuah manis. Rekomendasinya antara lain BBRI, BMRI, BBCA, UNVR, INDF, IBCP dan AISA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×