kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Saham Prajogo Lagi Moncer, Sederet Konglomerat ini Tajir Melintir dari Bursa Saham


Jumat, 13 Oktober 2023 / 20:19 WIB
Saham Prajogo Lagi Moncer, Sederet Konglomerat ini Tajir Melintir dari Bursa Saham
ILUSTRASI. Pundi-pundi harta taipan Prajogo Pangestu yang sedang menggemuk di pasar saham.Tribunnews/Jeprima


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham bagai ladang harta karun bagi sederet konglomerat yang sukses mendaratkan perusahaannya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kali ini, giliran pundi-pundi harta taipan Prajogo Pangestu yang sedang menggemuk.

Perusahaan di bawah naungan konglomerasi Prajogo, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terbang mencapai level Auto Rejection Atas (ARA) sejak resmi melantai di BEI pada Senin (9/10). Lima hari beruntun ARA, kini BREN ada di harga Rp 2.360 atau melonjak 202,56% dari harga penawaran Rp 780 per saham.

Mayoritas saham BREN digenggam oleh mesin bisnis utama Prajogo, yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dengan porsi 64,67%. Sedangkan BRPT sendiri dikuasai oleh Prajogo dengan kepemilikan hingga 71,18%. Sejak Agustus, saham BPRT pun sudah lebih dulu melejit.

Baca Juga: Tertinggi dari Taipan Lain, Hingga 13 Oktober Harta Prajogo Pangestu Naik Rp 108,8 T

Tak hanya itu Prajogo meraup cuan dari PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Mematok harga penawaran Rp 220 saat Initial Public Offering (IPO), kini saham CUAN berada di level Rp 2.790 atau sudah terbang 1.168,18% sejak debut di BEI pada 8 Maret 2023. Prajogo menggenggam 85,07% saham CUAN.

Lonjakan harga saham-saham tersebut mendongkrak kekayaan Prajogo hingga berada di posisi keempat orang terkaya di Indonesia, dengan total harta US$ 11,4 miliar. 

Bloomberg Billionaires Index mencatat harta Prajogo bertambah sebanyak US$ 6,98 miliar secara year to date.

Sedangkan dalam Forbes Billionaires List, harta Prajogo per Jumat (13/10) tercatat sebesar US$ 12,3 miliar. Ada lonjakan sekitar US$ 7,2 miliar dari posisi harta pada tahun lalu. Pada 2022, Forbes memasukkan Prajogo pada peringkat ketujuh orang terkaya di Indonesia dengan nilai harta US$ 5,1 miliar.

Tak cuma Prajogo dengan Barito Grup-nya yang mencicipi cuan dari bursa saham pada tahun ini. Kinerja emiten yang terafiliasi dengan Grup Salim, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga moncer. Harga AMMN kini ada di level Rp 6.600 atau melejit 289,38% sejak listing 7 Juli 2023 dengan harga IPO Rp 1.695 per saham.

Bersama Grup Salim, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) ada dibalik perusahaan tambang tembaga dan emas tersebut. MEDC mengempit sebanyak 21,09% saham AMMN.

Head of Retail Marketing & Product Development Division Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi mengamati sejumlah faktor yang bisa mengerek perolehan harta para taipan di bursa saham. Salah satu yang paling berperan adalah momentum dan rotasi sektor yang akan mempengaruhi sentimen pasar.

"Fluktuasi kekayaan yang diperoleh dari bursa saham biasanya terkait rotasi sektoral dan momentum di pasar. Rotasi dapat memengaruhi performa saham seiring perubahan preferensi investor terhadap sektor tertentu," kata Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (13/10).

Pengamat dan Praktisi Pasar Modal Hans Kwee sepakat, rotasi sektor dan momentum di pasar menjadi faktor krusial. Hans mencontohkan emiten berbasis komoditas yang merasakan momentum tingginya harga komoditas global pada tahun lalu. Sedangkan pada tahun ini, pasar kian melirik saham emiten yang punya portofolio bisnis energi terbarukan.

Kombinasi antara momentum sektoral dan sokongan grup bisnis besar bisa melecut pergerakan harga sahamnya. "Sentimen sektor dan grup, rotasi juga berpengaruh. Energi terbarukan positif akibat Fund ESG meningkat dan hadirnya Bursa Karbon," ungkap Hans.

Sekadar mengingatkan, pada tahun lalu momentum sektoral membuat harta Low Tuck Kwong melonjak hingga sempat berada di daftar puncak orang terkaya di Indonesia. Kekayaan Low didongkrak oleh PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang menghirup angin segar dari tren harga batubara yang naik signifikan.

Dus, Pengamat dan Praktisi Pasar Modal Riska Afriani mengingatkan harta para konglomerat di bursa saham bersifat lebih dinamis, terpapar efek lonjakan atau penurunan harga saham emitennya. "Harga saham itu dapat menjadi acuan dari kekayaan seseorang yang memiliki persentase besar di dalamnya," kata Riska.

Selain momentum sektoral, nama besar dari konglomerat atau grup bisnis yang ada di balik emiten menjadi sentimen penting bagi pergerakan harga saham. Apalagi untuk saham-saham pendatang baru.

"Track record yang bagus akan menimbulkan kepercayaan kepada investor," imbuh Riska.

Toh, secara bisnis pun emiten milik konglomerat atau grup bisnis ternama akan lebih lincah ketika menggelar ekspansi. Emiten yang terafiliasi dengan konglomerasi juga bisa lebih mudah dalam mengakses sumber pendanaan. 

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham EBT Usai Sentimen Bursa Karbon dan BREN Konsisten Capai ARA

"Mereka telah memiliki sumber pendanaan dari holding yang cukup settle atau dari lembaga keuangan yang memang sudah mengenal baik perusahaan holding atau afiliasinya," ungkap Riska.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menimpali, kehadiran konglomerat akan menambah daya tarik pada saham tersebut, setidaknya akan mendongkrak harga saham meski dalam jangka pendek. Untuk jangka yang lebih panjang, investor akan kembali melirik bagaimana progres kinerja dan fundamental emiten.

Di sisi lain, antisipasi yang telah dilakukan pelaku pasar terhadap saham milik konglomerat atau grup besar turut mendorong lonjakan harga. Antusiasme terhadap AMMN bisa menjadi contohnya. 

"IPO-nya sudah dibahas sejak lama, beberapa kali ada rumor. Jadi ketika sudah IPO, harga naik," kata Arjun.

Meski begitu, tak semua saham konglomerat atau grup bisnis besar menjadi incaran pasar. Guru Besar FEB Universitas Indonesia Budi Frensidy menyoroti, pasar juga mempertimbangkan karakteristik dari sang konglomerat. Ketika dinilai market friendly, maka akan menjadi magnet yang menambah daya tarik di mata investor.

"Nama besar mempunyai efek jika menggunakan kekuatan dana yang besar untuk menjaga harga sahamnya. Untuk konglomerat yang punya nama besar tapi tidak ada niat untuk mendongkrak valuasi harga sahamnya, investor tidak berminat," tandas Budi.

Dari deretan saham milik konglomerat di BEI, Riska menilai emiten-emiten yang ekspansi ke "bisnis hijau" layak dicermati. Langkah ini bisa menjaga prospek bisnis lebih berkelanjutan. Saham BREN masih bisa jadi pertimbangan.

Sedangkan Reza melirik sejumlah saham milik taipan yang menarik untuk diperhatikan. Investor bisa mempertimbangkan saham BRPT punya Prajogo, MEDC milik Grup Medco, dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dari Grup Salim. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×