Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Saham perbankan masih menarik perhatian pasar. Imbal hasil atawa return yang tinggi jadi alasan. Bila dihitung sejak awal tahun atau year to date (ytd), harga saham sektor perbankan rata-rata sudah naik sebesar 38%.
Joseph Pangaribuan, Kepala Riset Samuel Sekuritas dalam riset 12 September 2014 menulis, harga saham sektor bank tetap atraktif karena diperdagangkan di level rata-rata price to book value (PBV) selama tujuh tahun terakhir. Selain valuasi, ada dua sentimen lain yang berpotensi menjadi katalis saham bank, pertama membaiknya likuiditas bank.
Menurut Joseph, sinyal membaiknya likuiditas tecermin dari turunnya suku bunga antar bank (JIBOR) satu bulan sebesar 40 basis poin (bps) sejak Mei 2014. Hal ini juga diperkuat oleh keputusan empat bank besar yang memangkas bunga deposito berjangka (time deposit). PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang memangkas bunga deposito 25 bps.
Begitu juga PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memangkas bunga deposito 25 bps menjadi 9% dan berencana kembali menurunkan jadi 8,5%-8,75% hingga akhir tahun nanti. "BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk) dan BBNI (PT Bank Negara Indonesia Tbk) juga mengonfirmasi sudah memangkas bunga (deposit) ke beberapa nasabah tertentu," tulis Joseph.
Sentimen kedua, rencana pemerintahan baru Joko Widodo dan Jusuf Kalla menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Aksi ini bisa memperbaiki postur anggaran Indonesia. "Ini akan sangat positif pada harga saham bank," ungkap Joseph. Toh, saham bank tak selalu diliputi sentimen positif.
Hans Kwee, Managing Partner Investa Saran Mandiri menilai, tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) menghambat pertumbuhan sektor ini. Postur neraca dagang Indonesia mungkin akan sedikit membaik jika nantinya pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun, ini diramal tidak lantas mendorong BI menurunkan BI rate. Sebab, BI tengah memonitor keputusan The Federal Reserve (The Fed), Bank sentral Amerika Serikat.
"Rencana The Fed membuat BI sulit menurunkan BI rate baik dalam jangka pendek atau jangka menengah," terang Hans. Akibatnya, bank bakal akan sulit mendongkrak penyaluran kredit. Namun, Hans tetap merekomendasikan akumulasi beli empat saham bank besar, yaitu BBCA, BBNI, BBRI dan BMRI. Keempat saham ini akan meraih berkah paling banyak andai Jokowi-JK mengalihkan dana subsidi BBM ke sektor produktif seperti infrastruktur.
Joseph juga merekomendasikan beli empat saham itu. BBCA dan BBRI ditargetkan di Rp 13.350 dan Rp 13.000. Sedang target BMRI dan BBNI di Rp 12.000 dan Rp 6.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













