Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam tiga pekan terakhir, saham milik keluarga taipan Tjokrosaputro masuk dalam 10 besar saham paling banyak diperdagangkan. Di sisi lain, harga saham-saham tersebut justru cenderung turun.
Saham tersebut adalah PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME), PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO), PT Sinergi Megah Internusa (NUSA), dan PT Hanson International Tbk (MYRX).
Bila dilihat selama periode tahun berjalan, saham-saham tersebut juga menunjukkan kecenderungan turun. HOME tercatat turun 56,9% year-to date (ytd), NUSA turun 50,5% ytd, RIMO turun 52,86% ytd, dan MYRX turun 51,26% ytd.
Baca Juga: Harga Saham Dua Perusahaan Benny Tjokro Mentok di Batas Auto Rejection Atas
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan saham-saham tersebut masuk dalam kategori paling banyak diperdagangkan karena pergerakan harga sangat volatile. Sementara itu, harga saham tersebut justru turun karena kasus MYRX yang disemprit oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Penurunan ini juga terjadi karena isu MYRX dikenakan sanksi dari OJK, sehingga grupnya terdampak," jelas Chris kepada Kontan.co.id, Jumat (15/11).
Lebih lanjut, Chris berpendapat keempat saham tersebut tidak menarik lantaran memiliki risiko yang cukup tinggi. Chris menyarankan investor untuk tetap memilih perusahaan yang fundamentalnya baik.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga mengatakan hal serupa. Saham-saham tersebut menarik untuk jangka pendek karena pergerakan harganya sangat fluktuatif. "Sehingga para investor dapat memanfaatkan momen untuk spekulasi," jelas dia.
Baca Juga: Pinjaman individual disetop, Hanson International (MYRX) pastikan proyek tetap jalan
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menempatkan saham tersebut dalam kategori saham lapis tiga. Di mana dalam kategori tersebut, saham lebih cocok untuk trading harian.
"Kenaikan atau penurunan sangat fluktuatif, tidak disarankan untuk hold lama. Saham lapis ketiga itu sangat mudah dibandari. Dan yang harus diingat untuk ritel harus hati-hati dan jangan terlalu berani untuk masuk dengan jumlah yang besar," ujar Sukarno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News