kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Saham LQ45 terseret sentimen eksternal


Jumat, 29 September 2017 / 15:45 WIB
Saham LQ45 terseret sentimen eksternal


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang bulan September hingga Kamis (28/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,39%. Sedangkan, rata-rata saham LQ45 turun lebih dalam, yakni 0,89%. Penurunan ini disinyalir akibat sentimen luar negeri.

Saham LQ45 yang turun paling dalam adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan penurunan 31,13% . Kemudian, PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) yang melorot 19,19%, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sebesar 18,92%, PT PP Tbk (PTPP) dengan 18,51% dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan pelemahan 16,23%.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menjelaskan, pada minggu terakhir September ini, pasar saham memang sedang dibayangi sentimen luar negeri. Hans melihat, pasar menyimpan kekhawatiran atas konflik Korea Utara dan Amerika Serikat yang kembali memanas. Karena itu, menurutnya pelaku pasar mulai beralih ke instrumen yang lebih aman atau safe haven.

Selain itu, pasar saham pada bulan ini juga diwarnai kebijakan Federal Market Open Committee (FOMC). Pada kenyataanya, The Fed memang menahan suku bunga mereka yakni sebesar 1%-1,25%. Namun, menurut Hans, rencana The Fed untuk menurunkan neraca perdagangan tetap berimbas pada pasar saham.

“Orang wait and see tidak membeli saham, mereka bergerak ke bond market,” ujar Hans, Jumat (29/9). Hal ini pula yang membuat IHSG termasuk saham-saham LQ45 melandai.

Begitu pula yang terjadi di dalam negeri. Menurut Hans, kebijakan Bank Indonesia yang kembali menurunkan suku bunga memang akan berimbas positif bagi emiten yang bergerak di sektor perbankan dan properti. Hanya saja, menurutnya, penurunan suku bunga ini terasa lebih menarik untuk pasar bond dalam jangka pendek. Maka, indeks saham sulit naik.

Adapun saat ini pergerakan pasar saham cenderung flat dalam posisi sideways. Hans menyarankan, ketika indeks berada pada rentang 5.700-5.800 pelaku pasar dapat melakukan akumulasi beli. Ketika nanti indeks kembali menyentuh level 5.900 pelaku pasar bisa sell on strength.

Untuk LQ45, Hans menilai, saham-saham yang bergerak di sektor konstruksi masih cukup menarik. Saat ini posisi harga saham konstruksi masih tertekan, sehingga berpotensi untuk menguat. Beberapa saham pilihan Hans adalah PT PP Tbk (PTPP), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Selain itu, Hans menyarankan untuk trading jangka pendek di saham LQ45 sektor lainnya terutama perbankan. Hal ini mengingat valuasi saham perbankan yang sudah cukup mahal. “Potensi kenaikan yang besar hanya ada di konstruksi. Yang lainnya sudah cukup mahal,” paparnya.

Hans optimistis, Oktober nanti, indeks akan kembali menguat. Tentunya hal ini juga akan diiringi dengan kenaikan harga saham LQ45. Saat ini, katanya, pasar masih menunggu pertumbuhan ekonomi, dan laporan keuangan emiten kuartal III 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×