kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham lesu, dana reksadana layu


Kamis, 06 Agustus 2015 / 07:14 WIB
Saham lesu, dana reksadana layu


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Gejolak pasar modal bulan lalu turut menggerus dana kelolaan reksadana. Data Infovesta Utama menyebutkan, dana kelolaan reksadana pada bulan Juli 2015 tercatat sebesar Rp 249,38 triliun, atau turun 0,65% dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 251,02 triliun.

Penurunan antara lain terjadi pada reksadana pasar uang, yang turun 3,31% jadi Rp 26,38 triliun. Dana kelolaan reksadana saham juga terkoreksi 2,39% jadi Rp 103,11 triliun. Sedang dana kelolaan reksadana lainnya masih tumbuh.

Sekadar catatan, indeks saham terkoreksi 2,2% di Juli lalu. "Tekanan pasar saham sepanjang Juli memangkas nilai pasar wajar underlying asset reksadana," kata analis Infovesta Utama Yoanita Rianti, Rabu (5/8).

Di sisi lain, unit penyertaan reksadana tumbuh tipis, sehingga tak mampu mengangkat dana kelolaan. Infovesta mencatat, unit penyertaan hanya naik dari 169,48 miliar unit jadi 170,62 miliar unit. Penyusutan dana kelolaan salah satunya dialami PT Panin Asset Management.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat dana kelolaan perusahaan ini turun dari Rp 11,45 triliun jadi Rp 10,96 triliun. Unit penyertaan juga turun dari 4 miliar unit jadi 3,94 miliar unit. "Dana kelolaan turun karena pasar saham dan obligasi turun," ujar Direktur Panin Asset Ridwan Soetedja.

Sementara Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengaku dana kelolaan perusahaan stabil sekitar Rp 30 triliun. Anak usaha Bahana Securities ini optimistis dana kelolaan bisa naik Rp 1 triliun hingga akhir tahun. "Kami akan kejar dari peluncuran produk baru," kata Soni.

Hingga akhir tahun, Yoanita memperkirakan fluktuasi pasar saham masih mengancam industri reksadana. Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed bakal menjadi sentimen negatif. "Selain itu kurs rupiah tertekan," kata dia.

Yoanita menyarankan, investor dapat memanfaatkan momentum koreksi untuk masuk ke reksadana demi meraih imbal hasil optimal saat pasar modal bullish.  selanjutnya. Paragraf akhir .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×