Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesta saham batubara nampaknya akan usai tahun ini. Setelah melonjak berkali-kali lipat tahun lalu, saham sejumlah emiten tambang batubara mulai melempem di awal tahun ini.
Tengok saja, sejumlah saham emiten tambang ini terkoreksi hingga double digit. Ambil contoh, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang sejak awal tahun longsor 25,97%. Saham anak usahanya, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) tidak jauh berbeda, yakni terkoreksi 14,16% secara year to date (YtD).
Nasib serupa dialami saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang melemah 16,12%, dan saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang melemah 8,45%.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengamini, penurunan harga saham batubara baru-baru ini disebabkan turunnya harga batubara acuan global, yang saat ini berada di kisaran level US$ 250 per ton.
Ada sejumlah alasan turunnya harga batubara di awal tahun ini. Pertama datang dari penurunan harga gas alam di Eropa. Harga gas alam Eropa turun seiring dengan berakhirnya musim dingin, sehingga kebutuhan untuk listrik relatif berkurang.
Baca Juga: Saham-Saham Emiten Batubara Berguguran, Sudah Undervalued?
Selain itu, cadangan gas di Benua Biru tersebut juga relatif tinggi, yakni di level 70%. Hal ini menjadi sentimen negatif untuk batubara, karena gas merupakan sumber energi utama di Eropa. Di sisi lain, apabila penggunaan gas kembali sedia kala, maka permintaan batubara dari Eropa berpeluang melemah.
Kedua, datang dari China. Negeri Panda tersebut berupaya meningkatkan produksi di tahun ini. Peningkatan produksi ini sejalan dengan pembukaan Kembali (reopening) ekonomi China. Ditambah, indikasi perbaikan hubungan diplomatik antara China dan Australia, yang membuka peluang meningkatkan impor batubara dari Australia yang mana dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir relatif terhenti
“Untuk harga batubara di 2023 ini kami relatif moderat ya, di kisaran US$ 200 sampai US$ 250 per ton,” terang Felix kepada Kontan.co.id, Kamis (9/2).
Dengan demikian, Felix melihat ada potensi penurunan kinerja emiten di sepanjang 2023 seiring dengan penurunan harga batubara global. Penurunan harga batubara global ini berpengaruh pada penurunan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP), yang berpeluang menjadikan performa keuangan emiten melemah dibandingkan tahun lalu.
Saat ini Felix menilai valuasi saham tambang batubara relatif menarik. Namun patut dicermati, jika saham batubara relatif mengikuti siklus.
“Selama harga batubara lumayan turun, maka ini menjadi penyebab fase bearish emiten batubara,” pungkas Felix.
Tim riset MNC Sekuritas memperkirakan, laba bersih emiten batubara yang berada dalam coverage MNC Sekuritas akan cenderung moderat tahun ini, seiring harga batubara yang berpotensi moderat dari level tertingginya sepanjang masa pada tahun lalu.
Namun demikian, MNC Sekuritas memperkirakan arus kas operasional emiten tambang batubara akan tetap solid, karena proyeksi harga batubara tetap akan lebih tinggi dari level pra-pandemi.
Nah, arus kas yang cukup ini akan mendukung pembayaran dividen emiten dengan tingkat leverage bersih yang lebih baik.
“Kami memperkirakan anggaran belanja modal sebagian besar penambang batubara akan tetap rendah, karena tidak ada yang memiliki rencana pertumbuhan besar,” tulis rim riset MNC Sekuritas.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham untuk Erajaya (ERAA) di Tahun 2023
MNC Sekuritas memperkirakan, dalam jangka panjang harga batubara akan terkoreksi mulai paruh kedua 2023 hingga akhir tahun 2024. Akan tetapi, harga batubara diramal akan tetap berada pada level yang jauh lebih tinggi daripada harga rata-rata selama kurun 2017-2021. Salah satu sentimen pemberat harga adalah sejumlah negara di Asia akan meningkatkan produksinya.
MNC Sekuritas mempertahankan rating overweight pada sektor batubara untuk tahun ini, dikarenakan harga batubara yang solid akan berlanjut hingga kuartal pertama 2023. Sebagian besar penambang batubara masih menawarkan dividend yield yang tinggi. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan ADRO dinilai berpotensi mendapatkan dampak positif dari implementasi badan layanan umum (BLU).
MNC Sekuritas menyematkan rekomendasi buy saham PTBA dengan target harga Rp 4.600, buy saham ADRO dengan target harga Rp 4.550, serta buy saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga Rp 50.500.
Risiko yang menggelayuti rekomendasi ini diantaranya harga batubara yang lebih rendah dari perkiraan, naiknya pasokan batubara China, resesi global yang mengakibatkan turunnya permintaan batubara, serta regulasi pemerintah yang tidak menguntungkan industri batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News