Reporter: Rashif Usman | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini memantau pergerakan saham lima emiten di awal tahun 2025.
Otoritas bursa menyebut, saham-saham ini mengalami perubahan harga yang signifikan, sehingga masuk dalam kategori Unusual Market Activity (UMA).
Emiten yang dimaksud ialah PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Tanah Laut Tbk (INDX), PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW), PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ), dan PT Multi Medika Internasional Tbk (MMIX).
Nah, salah satu yang saham yang paling mencuri perhatian ialah saham CUAN yang dipantau bursa karena terjadi lonjakan harga yang signifikan.
Tengok saja, pergerakan harga saham milik konglomerat Prajogo Pangestu itu menguat 79,45% dalam sebulan terakhir perdagangan.
Baca Juga: Pergerakan Saham Tak Wajar, 5 Emiten Ini Dipantau Otoritas Bursa di Awal Tahun 2025
Tidak hanya CUAN, beberapa emiten lain juga mengalami kenaikan harga yang luar biasa. Saham NAYZ terbang 361,90%, diikuti oleh INDX yang meningkat 44,71%, serta MMIX yang naik 118,07%.
Di sisi lain, saham KARW justru menunjukkan tren yang berlawanan. BEI tengah memantau emiten ini setelah harga sahamnya anjlok hingga 78,12% dalam sebulan terakhir.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia, Kristian S. Manullang, menyatakan bahwa BEI tidak dapat memastikan apakah suatu saham akan masuk dalam papan pemantauan khusus atau diperdagangkan dengan mekanisme full periodic call auction (FCA) setelah UMA.
"Tidak semua saham menunjukkan pola atau kecenderungan perdagangan yang serupa setelah dilakukan penyebaran UMA," kata Kristian kepada Kontan, Kamis (9/1).
Kristian menegaskan BEI senantiasa melakukan pengawasan untuk menjaga terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien serta akan melakukan tindakan pengawasan yang diperlukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, antara lain penyebaran UMA, suspensi cooling down dan suspensi sampai pengumuman lebih lanjut atau lebih dari 1 hari Bursa.
Adapun rujukan ketentuan terkait FCA ialah Peraturan BEI No I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas Pada Papan Pemantauan Khusus, di mana salah satu kriteria saham masuk papan pemantauan khusus tertuang pada ketentuan III.I.10 yang berbunyi “Dikenakan penghentian sementara perdagangan Efek selama lebih dari 1 (satu) Hari Bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan”
Baca Juga: Belum Dua Bulan IPO Saham DAAZ Terbang 429,54%, Pengendalinya Untung Triliunan Rupiah
Efek ke investor
Equity Analyst PT IndoPremier Sekuritas, Indri Liftiany mengatakan, jika dari sudut pandang investor, masuknya saham ke dalam kategori UMA sebenarnya tidak terlalu signifikan.
Hal ini karena investor cenderung memegang saham tersebut untuk jangka panjang. Sementara volatilitas tidak wajar biasanya hanya terjadi sesekali dan sering kali dipicu isu tertentu.
Indri menambahkan, BEI tidak menetapkan indikator khusus untuk mendeteksi potensi manipulasi atau insider trading. Namun, aktivitas perdagangan yang tidak wajar umumnya ditandai dengan frekuensi transaksi yang sangat tinggi, sehingga sering terlihat dalam pergerakan running trade.
Momentum seperti ini biasanya dimanfaatkan para trader untuk berspekulasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan intensitas pergerakan harga saham.
Baca Juga: Sahamnya Naik 75,67% Dalam Sebulan, Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) Masuk UMA
Terkhusus untuk saham CUAN, Indri melihat, lonjakan harga saham CUAN kemungkinan dipengaruhi kombinasi faktor fundamental dan spekulasi pasar. Melalui anak usahanya, PT Daya Bumindo Karunia (DBK), CUAN telah memproduksi batubara metalurgi di Kalimantan Tengah.
"Langkah ini merupakan bagian dari strategi diversifikasi portofolio yang memperkokoh posisi CUAN sebagai perusahaan induk di industri pengolahan batubara," kata Indri kepada Kontan, Kamis (9/1).
Head of Investment Specialist, PT Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman menilai, masuknya saham CUAN dalam kategori UMA merupakan hal yang wajar, mengingat harga saham tersebut telah naik lebih dari 100% sejak awal Desember 2024 lalu.
"Dampak terhadap investor cenderung netral, karena UMA hanya berfungsi sebagai pengingat agar investor menilai kembali kenaikan harga yang signifikan," jelas Fath kepada Kontan, Kamis (9/1).
Dari sisi valuasi, Fath melihat CUAN terbilang premium, sehingga perlu ada justifikasi terkait kinerjanya di masa mendatang.
Baca Juga: Libatkan PTRO, Emiten Prajogo Pangestu Petrindo (CUAN) Garap Batubara Metalurgi
Bagi investor yang memegang saham ini, disarankan untuk melihat analisis teknikal yang dapat membantu mengurangi risiko serta memaksimalkan keuntungan.
Secara teknikal, CUAN saat ini menunjukkan pola uptrend, dengan support di level Rp 12.000 untuk mempertahankan momentum positif.
Selanjutnya: Vela Inovasi Teknologi Kembangkan Inovasi di Platform Credinex
Menarik Dibaca: AZKO Buka Experience Store Pertama di Alam Sutera, Berikan Pengalaman Belanja Berbeda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News