kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Saham bank turun tajam


Selasa, 03 Juli 2018 / 07:15 WIB
Saham bank turun tajam


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus merosot. Kemarin, IHSG ditutup di 5.746,77, atau sudah merosot 9,58% bila dihitung sejak awal tahun. Penurunan indeks ini juga mempengaruhi kapitalisasi pasar alias market capitalization (market cap) saham.

Saham sektor perbankan tercatat mengalami penurunan kapitalisasi pasar lumayan besar selama Juni lalu. Penurunan ini terjadi seiring kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga.

Berdasarkan riset KONTAN, Bank Negara Indonesia (BBNI) mencetak penurunan market cap paling dahsyat selama sebulan terakhir. Di akhir Juni lalu, market cap bank pelat merah ini cuma Rp 131,47 triliun, turun 17% selama sebulan. Bahkan, bila dihitung sejak awal tahun, market cap saham ini sudah turun 28,79%.

Saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga mencetak penurunan kapitalisasi pasar lumayan dalam, yakni sekitar 8% dalam sebulan. Kapitalisasi pasar BBRI di akhir Juni lalu cuma tersisa Rp 350,30 triliun, turun 21,98% sejak awal tahun.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki mengungkapkan, BBNI sebenarnya tidak memiliki masalah dari sisi fundamental. Bahkan, penyaluran kreditnya masih tumbuh. "Cuma memang ada ketakutan pasar saat suku bunga acuan Bank Indonesia naik," kata dia, Senin (2/7).

Pasar khawatir jika bank tidak ikut menaikkan lending rate, margin emiten akan tertekan. Sementara, jika dinaikkan, pertumbuhan kredit justru bisa terganggu.

Menurut Achmad, masalah tersebut dihadapi seluruh emiten bank. Sentimen ke BBNI lebih kuat karena bank ini banyak menyalurkan pinjaman ke korporasi dan infrastruktur. "Jadi, orang akan lebih antisipasi dulu terhadap BBNI," kata dia.

Sementara Bank Central Asia (BBCA) masih mempertahankan posisi emiten dengan market cap terbesar. Kapitalisasi pasar bank ini cuma turun 1,49% sejak awal tahun ini. Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra bilang, saham BBCA masih stabil akan di kisaran harga Rp 20.000 per saham.

Telkom naik

Di sisi lain, selama sebulan terakhir, kapitalisasi pasar saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) dan Unilever Indonesia (UNVR) kembali naik. TLKM sukses mencetak kenaikan market cap paling tinggi, yakni 7%, jadi Rp 378 triliun. Sementara market cap UNVR cuma naik 1% jadi Rp 351,74 triliun.

Achmad menilai kenaikan kapitalisasi pasar TLKM dan UNVR wajar. Pasalnya, harga saham ini sudah merosot dalam sejak awal tahun. "Prospeknya juga bagus," jelas dia.

Namun, Aditya menilai, tahun ini bukan tahun yang tepat bagi TLKM. Ia merekomendasikan buy atau hold BBCA, BBRI, BBNI dan UNTR.

Achmad menyarankan investor bisa masuk bertahap ke BBNI, TLKM dan HMSP. Ia mematok target harga masing-masing saham di kisaran Rp 7.300-Rp 7.500, Rp 3.850-Rp 3.900 dan Rp 3.880-Rp 3.900 per saham.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×