Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan dan laba bersih PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun double digit sepanjang 2022. Pendapatan perusahaan Grup Astra ini turun 10,25% menjadi Rp 21,82 triliun di tahun lalu dari Rp 24,32 triliun tahun sebelumnya.
Sedangkan laba bersih Astra Agro tahun lalu turun 12,41% menjadi Rp 1,72 triliun. Di tahun 2021, AALI masih mampu meraup laba bersih Rp 1,97 triliun.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa mengatakan, pendapatan AALI mencapai 98% perkiraannya dan 92% dari perkiraan konsensus. Penurunan pendapatan terjadi akibat kondisi cuaca yang kurang mendukung dan sejalan dengan pelemahan harga CPO dunia pada kuartal keempat 2022.
Tapi, laba bersih AALI melebihi perkiraannya dan konsensus, yang mewakili 110% dan 102%. "Karena biaya produksi yang lebih rendah dari perkiraan dan pendapatan nonoperasional yang lebih tinggi," tulis Yasmin dalam riset, Kamis (23/2).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Astra Agro Lestari (AALI) di Tengah Penurunan Kinerja 2022
Karena kondisi cuaca yang tidak mendukung dan kegiatan penanaman kembali, produksi tandan buah segar (TBS) AALI turun 7,3% secara kuartalan menjadi 1,11 juta ton pada kuartal keempat 2022. Sehingga produksi TBS kumulatif turun sebesar 1,2% secara tahunan menjadi 4,27 juta ton.
Sejalan dengan penurunan TBS, produksi CPO juga turun 7,4% secara kuartalan menjadi 320.000 ton di kuartal keempat 2022. Sehingga total produksi CPO tahun 2022 menjadi 1,30 juta ton, turun 11,5% YoY.
Volume penjualan hampir menyusut secara keseluruhan dengan volume penjualan tahunan CPO terkontraksi sebesar 23,32% YoY menjadi 995.590 ton. Sedangkan produk turunan CPO turun sebesar 19,51% secara tahunan menjadi 493.896 ton. Sementara itu, volume penjualan kernel juga turun sebesar 22,22% YoY menjadi 163.173 ton.
"Sisi baiknya, turunan kernel naik 5,28% YoY menjadi 102.303 ton," ujar Yasmin.
Baca Juga: Kinerja Astra Agro Lestari (AALI) Lesu di Tahun 2022
Yasmin memperkirakan harga CPO global rata-rata RM 5.200 per ton pada tahun 2023. Prediksi harga CPO ini tumbuh tipis sebesar 1,5% YoY lantaran tingkat persediaan yang lebih tinggi di awal tahun.
Stok penutupan minyak sawit Malaysia mencapai 2,27 juta ton pada Januari 2023, naik signifikan 46,1% YoY dan naik 3,3% secara bulanan (MoM). Hal ini menekan optimisme kenaikan harga CPO lebih lanjut.
Untuk memangkas persediaan yang tinggi, Indonesia meningkatkan kewajiban pencampuran biodiesel sebesar 5% atau B35 tahun ini. Untuk mendukung peningkatan blending biodiesel sebesar 5%, pemerintah telah mengalokasikan 13.148.594 kiloliter biodiesel untuk periode Januari-Desember 2023, meningkat hampir 3 juta KL dibandingkan alokasi tahun 2022.
"Selain pencampuran biodiesel yang lebih tinggi, dua perayaan yang jatuh pada kuartal pertama 2023, yakni Tahun Baru Imlek dan Bulan Puasa juga secara musiman meningkatkan konsumsi minyak sawit," papar Yasmin.
Baca Juga: Kinerja Astra Agro Lestari (AALI) Turun, Begini Rekomendasi Analis
Dengan demikian, Ciptadana Sekuritas Asia menyempurnakan perkiraannya untuk pendapatan 2023/2024, dengan menggabungkan angka operasional dan keuangan 2022. Pihaknya menerapkan kelipatan PE sebesar 13,9 kali (PE rata-rata 3 tahun terakhir) karena diyakini periode tersebut mewakili dinamika terbaru dalam industri kelapa sawit.
Berdasarkan hal tersebut, Yasmin memperkirakan pendapatan AALI tahun ini mencapai Rp 24,79 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 1,76 triliun. Sedangkan di 2024 diperkirakan pendapatan Astra Agro mencapai Rp 26,19 triliun dan laba bersih Rp 1,84 triliun.
"Perhitungan kami menghasilkan target harga 2023 yang sedikit lebih tinggi yaitu Rp 12.700 per saham dari sebelumnya Rp 12.600 per saham dan mempertahankan peringkat beli," pungkas Yasmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News