Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkapar pada perdagangan Selasa (18/3/2025). Data yang dihimpun Kontan menunjukkan, indeks sempat melemah lebih dari 5% pada sesi pertama perdagangan. Kondisi itu mendorong Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt selama 30 menit. Pada akhir perdagangan, IHSG tercatat melorot 3,84% menjadi 6.223,39.
Menurut Harry Su, Managing Director Research and Digital Production PT Samuel Sekuritas Indonesia, terdapat sejumlah faktor baik internal maupun eksternal yang menjadi penyebab melorotnya indeks kemarin.
"Keberadaan Danantara yang sarat dengan intervensi politik dan terungkapnya sejumlah kasus korupsi besar serta upaya revisi terhadap RUU TNI menambah kekhawatiran investor asing terhadap transparansi di Indonesia," ungkapnya dalam keterangan pers yang diterima Kontan, Rabu (19/3/2025).
Tekanan lain yang juga berasal dari dalam negeri adalah penurunan peringkat saham dan rating investasi Indonesia oleh beberapa lembaga investasi internasional. Kondisi ini semakin memperparah sentimen negatif di pasar.
"Apalagi sekarang sudah mendekati libur Lebaran, berbagai faktor ini menyebabkan terjadinya aksi jual di pasar saham," tambah Harry.
Baca Juga: Saham-Saham Mahal Penggerus IHSG
Sedangkan dari faktor eksternal, kebijakan tarif yang diterapkan pemerintahan Trump diperkirakan akan meningkatkan inflasi di Amerika Serikat, yang berimbas pada suku bunga negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, perang dagang AS-China juga memicu risiko dumping dari China, yang kini mengalami kesulitan mengekspor ke Amerika Serikat.
Meski demikian, Harry tetap optimistis IHSG akan mampu Kembali ke atas level 7.000 pada akhir tahun nanti.
Samuel Sekuritas memperkirakan IHSG akan berada di level 7.300 dan nilai tukar Rp 16.600/US$ pada akhir 2025.
Lantas, investasi apa yang tepat untuk investor di tengah kondisi pasar yang bergejolak?
Hindari sektor teknologi
Harry menyarankan, di tengah berbagai tekanan yang terjadi, ada sejumlah saham yang masih layak untuk dikonsumsi. Di antaranya Indofood CBP (ICBP), Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), Japfa Comfeed Indonesia (JPFA).
"Kami juga menganjurkan investor untuk mengoleksi saham yang memberikan dividen tinggi seperti Astra International (ASII), HM Sampoerna (HMSP), dan Unilever Indonesia (UNVR)," papar Harry.
Sementara itu, Harry menyarankan investor untuk menghindari saham-saham dari sektor teknologi, semen, infrastruktur dan energi terbarukan.
Tonton: IHSG Jatuh Parah, BEI Bekukan Perdagangan Saham
"Dan jangan menempatkan investasi hanya dalam satu instrumen saja dalam kondisi pasar yang penuh volatilitas. Selain saham, obligasi dan emas juga layak untuk dikoleksi," paparnya.
Selanjutnya: Intip Rekomendasi Saham Summarecon Agung (SMRA) Cetak Kinerja Ciamik di 2024
Menarik Dibaca: Harga Emas Pegadaian Hari Ini 19 Maret: Antam Naik Rp 4.000, UBS Melonjak Rp 31.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News