Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen varian Covid-19 baru di Inggris dan kesepakatan stimulus Amerika Serikat (AS) yang bakal berlanjut hingga tahun depan menjadikan prospek aset lindung nilai emas lebih menarik ketimbang safe haven lainnya seperti dolar AS.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Selasa (22/12) indeks dolar tercatat kembali naik 0,11% ke level 90,14 setelah sebelumnya berada di bawah level 90. Sedangkan harga emas spot koreksi tipis 0,03% ke level US$ 1.876 per ons troi.
Analis PT Solidgold Berjangka Sunarti mengungkapkan, harga emas sempat menyentuh level US$ 1.900 per ons troi awal pekan ini, sekaligus pertama kalinya sejak 9 November, menyambut kabar bahwa Kongres AS telah mencapai kesepakatan soal paket stimulus covid-19 sekitar US$ 900 miliar.
Kabar tersebut tentunya menjadi angin segar untuk pasar emas. Pasalnya, ketika banyak stimulus yang dikeluarkan pemerintah artinya pasar akan banjir likuiditas dolar AS yang menyebabkan terjadinya inflasi sehingga harga emas akan menjadi lebih menarik sebagai aset lindung nilai.
Baca Juga: Stimulus AS dan Covid-19 menentukan nasib safe haven tahun depan
Sementara itu, dari sisi moneter keputusan bank sentral AS Federal Reserve untuk menahan suku bunga acuannya di level rendah 0,25% juga memberikan sentimen positif bagi harga emas. "Namun, kenaikan harga emas tampaknya terbatas oleh dolar AS yang kembali rebound seiring kabar munculnya varian virus covid-19 baru di Inggris," ungkap Sunarti kepada Kontan.co.id, Selasa (22/12).
Varian baru virus Covid-19 tersebut dikabarkan memiliki 70% peluang penularan lebih tinggi ketimbang strain awalnya. Sementara itu, Inggris saat ini sedang berupaya memeriksa apakah varian tersebut menimbulkan tingkat mortalitas lebih tinggi atau tidak, serta apakah varian hasil mutasi dapat dicegah oleh vaksin yang sudah ada.
"Pengetatan pembatasan sosial di berbagai negara tersebut membuat dolar AS yang menyandang status mata uang safe haven kembali diburu pelaku pasar," tambah dia.
Secara umum, pergerakan harga emas dalam jangka panjang masih berpotensi naik mengingat bantuan stimulus fiskal AS yang sudah disepakati oleh Kongres AS. Adapun untuk dolar AS yang berlawanan arah dengan emas akan cenderung terkoreksi.
Baca Juga: Rupiah melemah akibat kekhawatiran strain baru virus corona
Meskipun demikian, Sunarti memprediksi di jangka pendek harga emas masih cenderung mengalami koreksi di tengah event akhir tahun yang disebut windows dressing. Namun, memasuki tahun 2021 pergerakan harga emas diprediksi akan kembali rebound hingga menyentuh level US$ 2.000 per ons troi didukung event awal tahun yang disebut January effect dan Imlek di bulan Februari mendatang. "Ke depan ekonomi AS juga diyakini masih akan tergantung pada bantuan stimulus sehingga penguatan emas masih berpeluang terjadi," ujar dia.
Bahkan tanpa stimulus pun, Sunarti memandang suku bunga rendah dari The Fed masih akan dipertahankan setidaknya hingga tahun 2023. Alhasil, kondisi tersebut masih akan memberikan tekanan pada dolar AS yang membuat safe haven emas lebih menarik.
Sementara itu, dari sisi teknikal harga emas bergerak dalam tren bullish dengan RSI berada di 56,23. Sedangkan untuk MACD bergerak di atas (0) dengan arah naik.
Untuk rekomendasi saat ini adalah beli selama harga masih bergerak di atas level US$ 1.850 per ons troi dengan target resistance terdekat di harga US$ 1.965 per ons troi hingga US$ 1.973 per ons troi. Dimana, untuk level support terdekat berada di US$ 1.799 per ons troi hingga US$ 1.765 per ons troi.
Baca Juga: Tren harga emas Antam Naik, bisa kembali ke Rp 1 juta tahun depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News