Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melaju meneruskan penguatan hampir 10 hari terakhir. Pagi tadi, nilai tukar mata uang Garuda sempat menembus Rp 8.941 per US$ 1, atau menguat 4,8% bila dihitung sejak awal tahun. Petang ini, kurs tengah Bank Indonesia mencatat Rupiah sudah menembus angka Rp 8.938.
Direktur Riset dan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan, faktor sentimen negatif yang tengah menerpa dollar Amerika Serikat akibat buruknya data perekonomian kuartal dua 2010 di negeri Uwak Sam tersebut. Alhasil, rupiah melesat naik. "Akhir-akhir ini faktor AS memang lebih dominan menjadi faktor pendorong alias push factor. Namun, kondisi fundamental ekonomi kita yang kuat juga menjadi pull factor atau faktor penarik," jelasnya kepada KONTAN, Senin (2/8).
Dus, penguatan rupiah atas dollar AS kali ini bukanlah murni faktor sentimen, mengingat secara fundamental kondisi perekonomian Indonesia terbilang masih atraktif bagi para investor. Perry menambahkan, Rupiah bukan satu-satunya mata uang Asia yang mengalami penguatan atas dollar AS. "Ini fenomena regional, dialami oleh semua negara Asia," ujarnya.
Tak ayal, aliran modal asing pun terus membanjiri pasar keuangan Indonesia, terutama di pasar Surat Utang Negara dan pasar saham. Untuk instrumen Surat Berharga Negara (SBN) misalnya, sampai dengan 29 Juli 2010, dana asing sudah mencapai Rp 171,89 triliun. Adapun di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) per 21 Juli 2010, nilainya mencapai Rp 37,15 triliun atau 16% dari total SBI senilai Rp 235,47 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
