Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menghadapi tekanan signifikan. Bahkan, mata uang ini sudah terkoreksi 1,29% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sebulan terakhir.
Mengutip Bloomberg, pada Rabu (30/7/2025), rupiah bertengger di level Rp 16.405 per dolar AS, koreksi 1,69% sejak awal tahun atau secara year to date (ytd).
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 1,82% dalam sebulan terakhir ke level 98,93. Meski begitu, indeks ini masih terkoreksi lebih dari 8% secara ytd.
Hosianna Evalita Situmorang, Ekonom Bank Danamon mengatakan, tekanan pada mata uang Garuda ini kemungkinan bersifat jangka pendek. Hal tersebut disebabkan oleh stabilitas neraca perdagangan dan intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing dalam stabilitas rupiah.
Baca Juga: Rupiah Menguat Tipis pada Rabu (30/7/2025), Ini Prediksinya untuk Besok
Meski begitu, Hosianna mengingatkan bagi para pelaku pasar untuk tetap mencermati arah kebijakan moneter Federal Reserve (the Fed), data inflasi AS, outlook defisit fiskal domestik, dan stabilitas pasar keuangan global.
Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures bilang, sepekan ini bukan hanya rupiah yang melemah, tetapi sejumlah mata uang global turut tertekan oleh rebound kuat pada dolar AS.
Menurut Lukman, perhatian investor masih tertuju pada prospek suku bunga AS dan dampak tarif terbaru pada ekonomi global, khususnya AS. Apalagi, pekan ini akan diwarnai oleh sejumlah agenda ekonomi seperti Federal Open Market Committee (FOMC) dan rilis beberapa data ekonomi AS.
Adapun data seperti inflasi PCE akan menunjukkan masih akan tekanan harga yang masih tinggi di AS. Sementara produk domestik bruto (PDB) Q2 AS diperkirakan akan rebound kuat.
“Saya kira investor juga mencermati tenggat kesepakatan tarif pada 1 Agustus 2025,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (30/7).
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,02% ke Rp 16.405 per Dolar AS pada Rabu (30/7/2025)
Lukman menilai, bagi rupiah sendiri kemungkinan tidak akan terlalu terbebani oleh tarif kesepakatan 19%, melainkan lebih terbebani pada syarat yang menyertai seperti pembelian pesawat, produk agrikultur dan energi. “Ini yang mungkin akan lebih membebani,” ujar Lukman.
Lukman memperkirakan rupiah akan kembali sulit bergerak di bawah Rp 16.000 per dolar AS hingga akhir 2025.
Idealnya rupiah akan berada di kisaran Rp 16.300 - Rp 16.700 per dolar AS. “Tapi bila eskalasi antara AS - China berlanjut, maka rupiah kemungkinan bisa tembus Rp 17.000 per dolar AS,” jelas Lukman.
Hosianna memperkirakan pairing USD/IDR kemungkinan akan bergerak stabil di kisaran Rp 16.400 hingga akhir 2025, dengan kecenderungan menguat terbatas seiring meredanya tekanan global dan potensi arus masuk portofolio di separuh 2025.
Selanjutnya: Pembuktian Negara
Menarik Dibaca: Menu Diet Cepat Turunkan Asam Urat yang Sering Kambuh, Simak Informasi Berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News