Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas memberi tekanan pada kurs rupiah hingga akhir perdagangan, Rabu (16/10). Mata uang garuda kembali melemah terhadap dolar AS.
Tekanan ini juga ditambah data-data domestik maupun global yang kurang mendukung.
Baca Juga: Kembangkan ekspor, Le Minerale masuk ke pasar Singapura
Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah mengalami pelemahan tipis 0,04% sehingga menempatkan rupiah berada di posisi Rp 14.172 per dolar AS. Koreksi cukup dalam justru terjadi pada kurs tengah BI yang berada di posisi Rp 14.187 per dolar AS atau melemah 0,33%.
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menilai, pelemahan rupiah hari ini masih memiliki pengaruh dari hubungan AS dan China kembali memanas setelah akhir pekan lalu dikatakan ada kesepakatan dagang.
Yudi mengatakan, isu terbaru ialah adanya RUU pengaturan Hak Asasi Manusia dan kondisi demokrasi di Hongkong. “Sepertinya AS akan melakukan intervensi dan ini menjadi kekhawatiran baru pasar,” ujar Yudi.
Selain itu, Yudi juga berpendapat bahwa ada sentimen dari brexit yang masih belum pasti. Menurutnya, masih ada tarik ulur untuk mencapai kesepakatan brexit dan dinilai masih berlangsung cukup lama.
Terbaru, Yudi bilang ada penolakan brexit dari partai demokratik Irlandia Utara. “Ini masih akan menjadi berita hangat antara iya dan tidak untuk kesepakatan brexit antara Inggris dan Uni Eropa,” jelas Yudi.
Baca Juga: Dituding wanprestasi, 6 nasabah gugat Jiwasraya terkait produk Super Jiwasraya Plan
Dari dalam negeri, Yudi juga melihat masih ada penantian pasar terhadap kabinet baru presiden terpilih Joko Widodo. Ia menilai menjelang pelantikan ini pasar ingin melihat kabinet baru akan sesuai ekspetasi atau tidak.
Sependapat, ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri juga menuturkan bahwa saat ini pelaku pasar sedang wait and see menjelang pelantikan Joko Widodo. Hanya saja, pelaku pasar saat ini lebih memilih untuk memegang dollar AS.