Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pergerakan rupiah dalam sepekan terakhir tidak mengalami banyak perubahan. Kondisi ekonomi China menjadi sentimen utama penggerak rupiah pekan ini.
Di pasar spot, Jumat (15/1) rupiah melemah tipis 0,02% ke level Rp 13.910 per dollar AS dibanding sehari sebelumnya. Sepekan terakhir, rupiah pun hanya menguat tipis 0,01%.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada Jumat (15/1) melemah 0,006% ke level Rp 13.866 serta tergerus 0,008% dalam sepekan terakhir.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, di awal pekan rupiah sempat menguat lantaran gejolak bursa saham China mereda. Namun, kekhawatiran ekonomi China yang terus berlanjut membuat kenaikan rupiah tidak bertahan lama.
“Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed juga masih tinggi sehingga menjaga penguatan dollar AS,” papar Rully.
Di saat sentimen eksternal cenderung negatif, rupiah mendapat sokongan dari dalam negeri. Diantaranya data defisit neraca perdagangan bulan Desember sebesar US$ 235,8 juta atau menyusut dari bulan sebelumnya. Lalu, pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) pun mendapat respons positif dari pelaku pasar. Di samping itu, Ruly menduga BI melakukan intervensi sehingga menjaga pergerakan rupiah.
“Sedangkan pengaruh dari aksi terorisme di Jakarta sepertinya tidak berlanjut,” imbuh Rully. Meski ibukota sempat mendapat terror, Rully melihat investor masih cukup optimistis untuk berinvestasi di dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News