Reporter: Namira Daufina, Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rupiah semakin terkapar dihadapan dollar Amerika Serikat (AS). Mengacu data Bloomberg, Rabu (26/8) di pasar spot rupiah menyentuh level Rp 14.101 per dollar AS atau melemah 0,33% dari sebelumnya Rp 14.054 per dollar AS.
Sementara itu, mengacu data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah terpuruk di Rp 14.102 per dollar AS atau melemah 0,25% dari sebelumnya Rp 14.067 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, rupiah diselimuti sentimen negatif dari pasar eksternal. Pertama, masih kencangnya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Dua, devaluasi yuan yang merontokkan kepercayaan pelaku pasar terhadap aset berisiko. Efeknya, investor memilih pegang dollar AS.
Apalagi, dari domestik belum ada katalis yang bisa menjadi amunisi bagi rupiah untuk bangkit. “Sebenarnya, dari sisi fundamental ekonomi, nilai rupiah sudah undervalue,” ujar Josua. Ia memperkirakan, hari ini pelemahan rupiah bisa berlanjut, meskipun dalam kisaran sempit.
Tonny Mariano, Analis Esandar Arthamas Berjangka menyebut, BI perlu intervensi lebih aktif untuk menjaga rupiah. Selain itu, kebijakan yang dibuat untuk menyokong rupiah harus ditegakkan, seperti aturan wajib penggunaan rupiah.
Selain itu, penyerapan anggaran belanja pemerintah harus dipercepat demi menjaga optimisme pelaku pasar. "Selama itu belum dilakukan, pelemahan rupiah masih rentan terjadi," kata Tonny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News