Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Data ekonomi Amerika Serikat yang cukup baik membuat rupiah kembali tertekan pada penutupan, Jumat (27/10). Apalagi, pelaku pasar masih yakin Federal Reserve masih akan menaikkan suku bunga AS pada akhir tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Pada Jumat (28/10), rupiah tidak mampu berbuat banyak dan hanya mampu bertengger di level Rp 13.051. Angka ini mencatatkan penguatan dollar AS terhadap rupiah sebesar 0,14% dibanding hari sebelumnya.
Dalam sepekan, rupiah juga terpeleset sebanyak 0,07% setelah pada Jumat (21/10) ditutup di level Rp 13.042.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), pada Jumat (28/10) rupiah terlihat kembali melemah sebesar 0,16% dari hari sebelumnya dan hanya berada di level Rp 13.048 per dollar AS.
Bahkan, bila dibandingkan dengan hari yang sama sepekan sebelumnya, rupiah malah melemah sebanyak 0,21%. Tercatat, pada Jumat (21/10) rupiah berada di level Rp 13.020 per dollar AS.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra merasa, rupiah berpotensi dibuka melemah pada perdagangan Senin (31/10) melihat data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang rilis pada Jumat (28/10) malam waktu Jakarta jika ternyata lebih baik dari prediksi.
Memang, rilis dari Biro Analisa Ekonomi AS mencatatkan PDB yang tumbuh sebesar 2,9% pada kuartal ketiga. Padahal konsensus analis hanya memprediksi pertumbuhan sebesar 2,5%.
Untuk ke depannya, Putu menilai perbaikan rupiah masih didominasi oleh sentimen dalam negeri. Dia mengajak kita untuk mencermati rilis pertumbuhan Ekonomi Indonesia triwulan III-2016 oleh BI. Dia optimistis, apabila pertumbuhannya mampu mencapai angka 5%, maka itu akan menjadi pelumas bagi mesin pendorong rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News