Reporter: Rinaldi Mohamad Azka | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penguatan rupiah tersendat, seiring koreksi harga minyak mentah. Mata uang Garuda juga rentan jatuh di akhir pekan, lantaran minim sokongan data domestik.
Kamis (25/2), di pasar spot, rupiah ditutup melemah tipis 1 poin ke level Rp 13.413 per dollar AS. Namun, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, rupiah masih menguat 0,22% ke posisi Rp 13.416 per dollar AS.
Research and Analyst Divisi Tresuri Bank BNI Trian Fathria menilai, sejatinya momentum rupiah sedang dalam tren menguat. Sikap optimisme pasar mendorong investor menempatkan portofolio investasinya di Indonesia.
Apalagi, dari eksternal, data penjualan rumah baru di Amerika Serikat yang anjlok negatif bagi dollar. Tapi, rupiah dipengaruhi harga minyak yang turun. "Kalau harga minyak turun, rupiah ikut melemah, karena kita adalah negara penjual komoditas," paparnya.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Agus Chandra juga melihat, rupiah masih cukup tangguh. Menurutnya, rupiah mendapat amunisi setelah Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menyatakan, rupiah kompetitif untuk ekspor dan impor. Ini bisa mendorong arus modal masuk.
Namun, kata Agus, akhir pekan ini, rupiah minim sentimen penyokong. Sedangkan, Paman Sam akan merilis data klaim pengangguran mingguan yang diprediksi bertambah. Tapi, pesanan barang tahan lama (durable goods) bulan Januari 2016 diperkirakan naik.
Jika data menguntungkan dollar, rupiah rentan terpeleset. "Jumat (26/2), pergerakan antara Rp 13.280-Rp 13.530," prediksi Agus. Trian bilang, jelang akhir bulan, permintaan dollar dari korporasi cenderung bertambah. Efeknya, rupiah bakal rentan melemah di Rp 13.380-Rp 13.450 per dollar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News