Reporter: Namira Daufina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Aksi profit taking yang masih menyerang dollar AS jadi celah bagi rupiah untuk tampil lebih unggul. Apalagi, ada dukungan fundamental positif bagi mata uang Garuda.
Di pasar spot, Senin (5/12), nilai tukar rupiah menguat 0,53% dari hari sebelumnya ke level Rp 13.440 per dollar AS. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia mencatat, kurs rupiah terapresiasi 0,05% menjadi Rp 13.516 per dollar AS.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk menilai, meski sajian data tenaga kerja Amerika Serikat pada akhir pekan lalu tergolong positif, namun pelaku pasar memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan aksi ambil untung alias profit taking. Sebab, lewat sajian data yang memuaskan, peluang kenaikan suku bunga The Fed pada pertengahan Desember akan semakin terbuka lebar.
"Tentunya ada potensi dollar AS semakin kuat lagi, maka kini pasar memilih untuk mengambil keuntungan," jelas Reny.
Apalagi dari sisi fundamental dalam negeri, sajian data inflasi yang masih terkontrol per awal Desember 2016 juga memberikan daya tahan bagi rupiah untuk unggul.
Penguatan ini bisa saja terus berlanjut. Walau memang rentangnya diduga akan sempit. "Sebab ada data ekonomi AS yang patut disoroti," kata Reny. Data yang dinanti adalah pertumbuhan manufaktur AS dan pernyataan pejabat The Fed James Bullard. Apabila terselip nada hawkish, maka dollar AS bisa menguat lagi yang tentunya akan mencederai rupiah.
"Hanya saja diduga aksi profit taking terhadap dollar AS masih lanjut, sehingga peluang penguatan rupiah tetap ada," imbuh Reny. Meskipun, tetap ada potensi melemah terbatas dengan rentang pergerakan yang cenderung sideways.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News