Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah terus menguat hingga akhir pekan, didorong oleh faktor eksternal dalam dua hari terakhir.
Penguatan ini membuat rupiah mencatatkan kenaikan sepanjang pekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan Jumat (14/2), nilai tukar rupiah di pasar spot naik 0,67% ke Rp 16.251 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,49% ke Rp 16.285 Per Dolar AS pada Jumat (14/2)
Sementara itu, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat 0,48% ke Rp 16.285 per dolar AS.
Secara mingguan, rupiah spot menguat 0,65%, sedangkan rupiah Jisdor naik 0,39%.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menjelaskan bahwa penguatan rupiah dipicu oleh penurunan risiko geopolitik sejak Kamis (13/2).
Sebelumnya, rupiah sempat terdepresiasi di awal pekan akibat ketidakpastian politik di AS.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,67% ke Rp 16.251 Per Dolar AS pada Jumat (14/2)
"Di awal pekan, pasar masih mencermati risiko terkait Donald Trump, tetapi pada Kamis dan Jumat terjadi penurunan risiko dari konflik Rusia-Ukraina. Hal ini menyebabkan indeks dolar AS melemah, sehingga rupiah menguat," ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Jumat (14/2).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan bahwa penguatan rupiah juga didorong oleh meningkatnya sentimen risk-on di kawasan Asia.
Sentimen ini dipicu oleh pernyataan terbaru dari Trump terkait kebijakan tarif perdagangan.
"Trump menyatakan bahwa kebijakan tarif akan diterapkan secara bertahap, berdasarkan evaluasi per negara. Hal ini berbeda dari ekspektasi sebelumnya yang lebih agresif, sehingga menurunkan ketidakpastian terkait perang dagang di Asia," jelas Josua.
Selain itu, kebijakan tersebut membuka ruang negosiasi lebih lanjut, yang mendukung optimisme pasar terhadap dampak tarif yang lebih terkendali.
Baca Juga: Rupiah Berpeluang Melemah pada Jumat (14/2), Cermati Sentimen Pemicunya
Proyeksi Pekan Depan
Untuk pekan depan, rupiah diperkirakan masih berpotensi menguat, dengan asumsi kondisi global tetap stabil.
Dari dalam negeri, pelaku pasar akan mencermati rilis data neraca perdagangan dan keputusan BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.
Fikri memperkirakan neraca perdagangan kemungkinan mengalami penurunan. Sementara BI diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunga, tetapi berpotensi memberikan kebijakan relaksasi makroprudensial.
Dengan kondisi tersebut, Fikri memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.220 - Rp 16.320 per dolar AS di awal pekan depan.
Sementara itu, Josua memperkirakan rupiah berada di kisaran Rp 16.175 - Rp 16.325 per dolar AS.
Selanjutnya: Resmi! Korban PHK Dijamin Dapat 60% Gaji Selama 6 Bulan, Ini Aturannya
Menarik Dibaca: Promo JCO Val's Day Buy 1 Get 1 1/2 Dozen Donuts, Hanya Hari Ini 15 Februari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News