Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah akhir pekan lalu (2/11) berhasil menguat. Josua Pardede Ekonom Bank Permata mengatakan rupiah berpotensi lanjutkan penguatan bila sentimen global turut mendukung. Mengutip Bloomberg di pasar spot, Jumat (2/11) rupiah tercatat menguat 1,14% ke Rp 14.955 per dollar AS.
Josua mengatakan penguatan rupiah terjadi karena perkembangan geopolitik membaik dan membuat rally di pasar obliagsi dan saham dalam negeri. Selain itu lahirnya pasar NDF (Non-Delivery Forward) di dalam negeri atau Domestik Non-Delivery Forward (DNDF), yang dalam dua hari terakhir mulai aktif ditransaksikan oleh 10 bank juga menyokong rupiah untuk menguat. Tercatat, hari perdana volume transaksi DNDF mencapai USD 60 juta, hari kedua mencapai USD 90 juta.
Padahal, di akhir pekan data non farm employment change AS dirilis positif dengan hasil 250.000 lebih tinggi dari angka bulan sebelumnya di 118.000 dan konsensus 194.000. "Kombinasi dari domestik DNDF dan sentimen data AS yang naik tetapi tidak signifikan menguatkan dollar yang akibat membaikanya geopolitik membuat rupiah menguat di bawah Rp 15.000," kata Josua, Minggu (4/11).
Pergerakan rupiah hingga akhir tahun akan bergantung pada perkembangan geoplotik dan data domestik dalam negeri. Josua mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2018 diproyeksikan melemah. Namun, sentimen positif bagi rupiah dari dalam negeri masih bisa datang dari aktivitas DNDF serta defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan pemerintah berada di bawah 2%.
Di lain sisi, perkembangan geopolitik masih pasar cermati dan mempengaruhi pergerakan rupiah hingga akhir tahun. Beberapa faktor luar yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah, pertama pertemuan AS dengan China yang masih terkait perang dagang. Josua mengatakan jika dalam pembicaraan tersebut tercipta resolusi bagi kedua negara, maka hal tersebut bisa memberikan sentimen positif bagi rupiah di akhir tahun.
Kedua, pelaku pasar juga mencermati keputusan The Fed dalam menaikkan suku bunga. Josua mengatakan saat ini kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga tidak sebesar dulu. Sekalipun bila The Fed tetap menaikkan suku bunganya menurut Josua para pelaku pasar sudah mengantisipasi terlebih dahulu. Oleh karena itu rupiah berpeluang menguat.
Namun, jangan lupa sentimen negatif juga bisa datang melambungkan nilai tukar rupiah kembali, bila pertama permintaan valas di akhir tahun meningkat sekalipun DNDF terus dilakukan.
Kedua, ketidakjelasan Brexit juga mempengaruhi pergerakan dollar AS. Poundsterling sempat menguat karena Brexit dikabarkan akan mencapai softbrexit dan membuat indeks dollar AS menurun. Tetapi seringkali, kabar ini masih belum dipastikan dan membuat pergerakan dollar AS kembali menguat dan menekan rupiah.
Diantara sentimen-sentimen diatas Josua memproyeksikan rupiah di akhir tahun dalam rentang Rp 14.900 per dollar AS hingga Rp 15.000 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News