kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Rupiah melorot lebih dari 2% dalam sepekan, bagaimana proyeksi pekan depan?


Sabtu, 04 Juli 2020 / 07:10 WIB
Rupiah melorot lebih dari 2% dalam sepekan, bagaimana proyeksi pekan depan?


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang belum kunjung menunjukkan tanda-tanda akan berakhir memberi tekanan pada nilai tukar rupiah di pekan ini. Arus modal asing yang keluar tidak terhindarkan saat kekhawatiran pelaku pasar semakin meningkat.

Mengutip Bloomberg, Jumat (3/7), rupiah melemah 1,01% ke Rp 14.523 per dolar Amerika Serikat (AS). Dalam sepekan rupiah melemah 2,13%. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah melemah 0,34% di hari ini menjadi Rp 14.566 per dolar AS. Sedangkan, dalam sepekan rupiah melemah 2,29%. Untuk pekan depan, analis memperkirakan tekanan pada rupiah masih akan terjadi.

Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan, rupiah makin melemah hingga akhir pekan karena investor asing melakukan aksi jual baik di pasar saham dan obligasi. Pemicu aksi jual datang dari kekhawatiran akan risiko kebijakan monetisasi utang oleh BI.

Baca Juga: Rupiah terus melemah, BI ungkap faktor penyebabnya

Maklum, BI memang banyak mengeluarkan kebijakan untuk menangani dampak pandemi Covid-19. Kebijakan ini antara lain membeli Surat Utang Negara (SUN) yang disebut sebagai monetisasi utang.

Kabar terbaru, BI juga akan meneken persetujuan dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk menandatangani tagihan penanganan Covid-19 Indonesia senilai US$ 40 miliar.

Sayangnya, kebijakan tersebut berisiko menimbulkan persepsi buruk investor global. Padahal, Myrdal menilai kebijakan tersebut merupakan refleksi kebijakan fleksibilitas bank sentral yang lumrah dilakukan pada kondisi saat ini. "Monetisasi utang sebenarnya bisa untuk menjaga perkembangan perekonomian, membantu struktur utang pemerintah ke depan, dan menjaga defisit neraca berjalan agar tidak melebar," kata Myrdal, Jumat (3/7).

Baca Juga: Rupiah kehabisan tenaga, ditutup melemah 1,01% ke Rp 14.523 per dolar AS hari ini

Analis HFX Berjangka Ady Pangestu mengatakan kekhawatiran akan jumlah pasien positif corona yang masih bertambah menjadi sentimen utama yang membuat rupiah melemah di pekan ini.

Selain itu, data pengangguran di AS yang masih tercatat lebih baik dari prediksi pelaku pasar juga menambah tekanan pada nilai tukar rupiah. Kondisi tersebut mendukung terjadinya aksi profit taking. "Rupiah di pekan ini secara teknikal memang sudah keliatan mengarah ke Rp 14.500, sudah waktunya taking profit," kata Ady.

Secara teknikal, Ady menganalisis rupiah bergerak di rentang Rp 14.300 per dolar AS hingga Rp 14.700 per dolar AS di pekan depan. Sementara, Myrdal memproyeksikan rentang rupiah berada di Rp 14.318 per dolar AS hingga Rp 14.751 per dolar AS.

Baca Juga: Jokowi diisukan kembalikan fungsi pengawasan bank ke BI, ini kata ekonom

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×