Reporter: Oginawa R Prayogo |
JAKARTA. Rapat mendadak yang membahas keuangan negara digelar pada Rabu malam (28/8) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Rapat tertutup tersebut dihadiri oleh Chatib Basri, Menteri Keuangan, Muliaman Hadad, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ito Warsito, Direktur Utama BEI dan puluhan pelaku pasar modal dari berbagai sekuritas.
Rapat tersebut hanya minus dihadiri Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia. Dalam pertemuan tersebut Chatib menjelaskan beberapa hal kepada pelaku pasar modal yang hadir soal terpuruknya perekonomian Indonesia dalam beberapa bulan ke belakang.
Dimas Adrianto, Analis Asjaya Indosurya Sekuritas yang hadir dalam pertemuan tersebut menjelaskan bahwa saat pertemuan tersebut Menteri Keuangan menjelaskan bahwa pelemahan mata uang rupiah Indonesia terkena imbas pelemahan mata uang rupee India. Indonesia dianggap memiliki krisis yang sama dengan India.
"Menkeu mengungkapkan bahwa efek India ini mengakibatkan rupiah di punish semakin melemah tiap rupee melemah," papar Dimas kepada KONTAN, Kamis (29/8).
Padahal menurut Menkeu yang diceritakan Dimas, Indonesia masih lebih baik daripada India karena defisit neraca perdagangan India di atas 8% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sedangkan defisit Indonesia masih 4,4% terhadap PDB. Selain itu India punya masalah birokrasi yang tertutup dibanding Indonesia.
Dimas menjelaskan selain imbas dari pelemahan rupee di India faktor, Menkeu juga bilang bahwa gejolak perekonomian Indonesia dipengaruhi dari rencana The Fed untuk melakukan tapering (pengurangan) stimulus. Tapering tersebut diprediksi akan dilakukan pada pekan ketiga di bulan depan.
"Pada pertemuan G-20 (Juli 2013), Menkeu mengungkapkan bahwa India dan Indonesia telah meminta koordinasi Amerika Serikat dalam melakukan tapering," papar Dimas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News