Reporter: Cindy Silviana Sukma, Sunarti Agustina | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Ketika krisis ekonomi dunia masih belum rehat, pasar kembali geger oleh komentar salah satu pejabat Amerika Serikat (AS) yang memberi indikasi bahwa AS akan melakukan aksi militer atas tindakan Suriah.
Akibatnya, harga sejumlah komoditas terdorong naik, termasuk emas. Malah, harga emas mencatat rally lima hari berturut-turut dan mencapai level tertinggi sejak Mei 2013. Potensi krisis di Suriah menyebabkan investor mencari tempat aman untuk aset dan mengalihkan ke safe haven.
Hingga Rabu (28/8) pukul 18.28 WIB, harga emas untuk pengiriman Desember 2013 di Commodity Exchange menguat 0,39% menjadi US$ 1.425,8 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Logam mulia ini melonjak 17,49% dari penutupan di level terendahnya 27 Juni lalu. Selain emas, instrumen berstatus safe haven lain turut diburu, misalnya USD, JPY, dan CHF.
Meski harga emas menguat di atas level US$ 1.400 per ons troi, potensi bullish tampaknya bersifat temporer. "Kondisi bullish mungkin hanya jangka pendek, karena sebenarnya emas masih mendapat tekanan," ucap Kepala Riset dan Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Menurut Ariston, harga emas menguat paling tidak satu bulan ke depan, menjelang rapat Komite Moneter Bank Sentral AS (FOMC) pada 17 September mendatang. "Emas masih berpotensi untuk naik ke level US$ 1.447 per ons troi," kata Ariston.
Saat itulah, Bank Sentral AS akan memutuskan pemotongan stimulus moneter AS, berupa program pembelian obligasi sebesar US$ 85 miliar per bulan. "Jika The Fed merealisasikan pemangkasan stimulus, dollar AS akan menguat, dan menyebabkan emas tertekan," tambahnya.
Oleh karena itu, ia memperkirakan, emas tak akan bertahan lama menjadi aset nilai lindung ketimbang dollar AS. "Secara historis, dollar AS masih lebih dipilih ketimbang emas pada krisis ekonomi dunia pada 2008 hingga 2009 lalu," tambahnya. Dollar AS cenderung bergerak lebih stabil ketimbang emas.
Dari segi teknikal, harga emas berpotensi koreksi. Indikator stochastic mingguan bergerak memasuki area overbought, mengindikasikan potensi koreksi. Relative strength index (RSI) bergerak ke atas level 50, memberi potensi naik. "Harga emas berpotensi menguat jangka pendek. Tapi, jangka menengah, masih tertekan," jelasnya.
Harapan sedikit pupus bagi investor emas fisik. "Emas dunia mungkin turun, tapi harga emas batangan Aneka Tambang masih akan berada di level tinggi karena rupiah melemah," tutur Ariston.
Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures bilang, harga emas batangan akan naik karena rupiah tersungkur oleh penguatan dollar AS. "Inflasi dalam negeri yang semakin tinggi, neraca perdagangan yang buruk, dan sentimen negatif lain membuat harga emas melonjak," ujar Suluh.
Suluh memperkirakan, harga emas di pasar spot akan tertekan pada kisaran US$ 1.300 per ons troi di akhir tahun. Sedangkan pada tahun depan, harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.300 - US$ 1.500 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News