Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi rupiah turut menekan pasar saham Indonesia. Harga sejumlah saham emiten yang memiliki impor besar terkoreksi. Tren pelemahan rupiah sudah berlangsung sejak awal tahun.
Di pasar spot, kemarin, rupiah hanya ditutup menguat tipis 0,06% menjadi Rp 13.939 per dollar AS. Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), rupiah sudah menyusut 2,83%.
Sektor emiten yang terpapar efek negatif rupiah antara lain sektor farmasi. Emiten di sektor ini masih mengandalkan bahan baku dari luar negeri. Lebih dari 90% bahan baku adalah impor.
Direktur dan Corporate Secretary Kalbe Farma (KLBF) Bernadus Karmen Winata menilai, pelemahan rupiah akan berdampak negatif terhadap profitabilitas. KLBF mengupayakan pengelolaan margin melalui bauran produk serta efisiensi biaya produksi dan pemasaran. "Kami berharap rupiah kembali stabil," kata Bernadus kepada KONTAN, Kamis (3/5).
KLBF mengelola dampak kurs dengan menyediakan cadangan valuta asing, sehingga pelemahan kurs diharapkan tak berefek negatif secara signifikan. "Dampak langsung terhadap margin akan dikelola dengan pengaturan bauran produk dan efisiensi biaya operasional," imbuh dia.
Importir lain seperti Ace Hardware Indonesia (ACES) juga terpapar sentimen kurs. Dalam laporan keuangan kuartal I-2018, terlihat efek pelemahan rupiah terhadap kinerja. Perubahan kurs mata uang asing membuat saldo kas ACES turun Rp 1,21 miliar pada kuartal I-2018. Setahun sebelumnya, saldo kas turun Rp 4,12 juta akibat kurs.
Di sektor penerbangan, Garuda Indonesia (GIAA) juga menerapkan strategi hedging. Emiten ini meningkatkan pendapatan dollar AS. Di antaranya lewat penambahan rute internasional dan penambahan frekuensi. "Kami buka di China dan India. Kami juga menambah frekuensi di Australia," kata Ikhsan Rosan, VP Corporate Communication GIAA kepada KONTAN, Kamis (4/5).
Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia, menilai, strategi investor saat ini lebih tepat wait and see. Penguatan dollar AS bisa membebani pasar. Selama apresiasi dollar AS masih terus berlanjut di atas level fundamental rupiah di Rp 13.500 per dollar AS, maka pelemahan rupiah bisa membebani IHSG dan mengakibatkan koreksi lanjutan. "Pelemahan rupiah juga meningkatkan risiko investasi," ujar Bertoni, kemarin.
Peningkatan risiko pasar searah risiko emiten, seperti KLBF dan KAEF. Bertoni melihat, secara teknikal KAEF telah menembus level support potensi uji ke support selanjutnya di Rp 1.960 per saham dan KLBF support selanjutnya Rp 1.420. "Sebaiknya wait and see hingga ada sinyal positif penguatan rupiah dan meredanya aksi jual investor asing," kata Bertoni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News