Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Setelah sempat menguat tajam, Rabu (28/9), rupiah kembali mengalami pelemahan. Pada pasar spot, rupiah loyo di level Rp 12.957 per dollar AS atau melemah sebesar 0,02% dibandingkan hari sebelumnya yang menginjak level Rp 12.955 per dollar AS.
Namun pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) pagi tadi, mata uang Garuda bertengger di level Rp 12.926 atau menguat sebanyak 0,77% dari sehari sebelumnya yang ditutup di level Rp 13.027 per dollar AS.
Meskipun rupiah melemah tipis, Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures menilai, ada beberapa faktor yang dapat membantu penguatan rupiah,
Salah satunya, posisi rupiah yang masih jenuh jual (oversold) dan level konsolidasi berada di kisaran bawah.
Selain itu, kondisi dollar Amerika Serikat yang belum terlalu bertenaga setelah bank sentral Federal Reserve memutuskan menahan suku bunga.
"Karena secara global, The Fed merupakan faktor dominan bagi banyak mata uang, baik major maupun emerging. Meskipun, saat ini beberapa mata uang kawasan Asia sudah tertekan." Kata Wahyu pada Rabu (28/9).
Sedangkan dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk memangkas bunga acuan BI 7-day reverse repo rate sebanyak 25 basis poin juga dinilai positif.
"Meski dipotong, suku bunga BI masih tergolong tinggi dan menarik dibandingkan suku bunga negara lain yang rendah, bahkan negatif." Kata Wahyu.
Data ekonomi dalam negeri yang baik seperti cadangan devisa yang bertahan di atas US$ 100 miliar, surplusnya neraca perdagangan, serta pertumbuhan ekonomi yang stabil menurut wahyu juga dapat menjadi katalis bagi penguatan rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News