Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Otor rupiah sedikit mengendur seiring amunisi dollar AS bertambah kuat. Potensi pelemahan rupiah masih dapat berlanjut jika rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) cenderung positif.
Di pasar spot, Rabu (28/9), nilai tukar rupiah melemah tipis 0,02% dibanding hari sebelumnya ke level Rp 12.957 per dollar AS. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, kurs rupiah menguat 0,70% ke level Rp 12.926 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, akumulasi beli pada dollar AS mulai terjadi setelah rupiah menguat cukup signifikan pada Selasa (27/9). Kemarin, kali pertama mata uang Garuda menebus ke bawah Rp 13.000.
Selain itu, lanjut Josua, pelemahan rupiah dipicu data kepercayaan konsumen Amerika Serika yang solid sehingga mendukung penguatan dollar AS.
Untungnya, rupiah memiliki amunisi dari dalam negeri yakni perkembangan dari program amnesti pajak. Dana repatriasi yang masuk sudah mencapai Rp 128 triliun. "Ini cukup berhasil, apalagi masih periode pertama. Harapannya akan terus meningkat pada periode kedua dan ketiga," papar Josua.
Pergerakan rupiah selanjutnya akan dipengaruhi rilis data pesanan barang tahan lama (durable goods) Paman Sam. Di samping itu, pasar juga akan mencermati testimoni Gubernur The Fed Janet Yellen pada Rabu malam.
Sedangkan dari dalam negeri, perkembangan program amnesti pajak masih menjadi sentimen utama penggerak rupiah sebelum rilis data inflasi pada pekan depan. Proyeksi Josua, rupiah berpotensi kembali melemah pada Kamis (29/9), jika data AS positif dan mendukung laju dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News