Reporter: Dimas Andi | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang pekan ini, rupiah tertekan menghadapi dollar Amerika Serikat (AS). Kemarin, di pasar spot, valuasi rupiah terkikis 0,17% menjadi Rp 13.628 per dollar AS. Dalam sepekan terakhir, rupiah telah anjlok 1,3%.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah terkoreksi 0,3% ke posisi Rp 13.643 per dollar AS. Angka ini sudah turun 1,6% dalam sepekan terakhir.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, sepanjang pekan ini sebagian mata uang global mengalami koreksi, baik mata uang utama maupun emerging market. Penguatan dollar AS ditopang oleh data-data ekonomi di negara tersebut yang positif.
Di antaranya adalah data penyerapan tenaga kerja swasta di luar sektor pertanian. Hal ini membuat pelaku pasar meyakini The Federal Reserve akan segera menaikkan suku bunga acuan.
Alhasil, pelaku pasar melakukan penyesuaian portofolio dan masuk ke instrumen investasi yang lebih stabil. Pilihannya jatuh pada US Treasury. "Makanya imbal hasil US Treasury jadi naik dan menyebabkan koreksi mata uang global," kata David, Jumat (9/2).
Analis Global Kapital Investama Berjangka Nizar Hilmy menambahkan, potensi rupiah kembali melemah pekan depan masih terbuka. Tapi ia menggarisbawahi, pelemahan tersebut masih bersifat wajar dan sementara. "Cepat atau lambat rupiah akan kembali menguat," kata dia.
Optimisme tersebut tak lepas dari kondisi ekonomi Indonesia yang masih stabil. Pertumbuhan ekonomi dan nilai cadangan devisa Januari jadi katalis positif yang bisa menolong rupiah dari ancaman koreksi lebih dalam.
Nizar memprediksi rupiah masih turun dan bergerak antara Rp 13.600–Rp 13.700 per dollar AS sepanjang pekan depan. Sedang David menganalisis rupiah akan bergerak antara Rp 13.550–Rp 13.650 per dollar AS pekan depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News