kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah loyo, saham apa yang diuntungkan?


Sabtu, 19 Januari 2013 / 17:50 WIB
Rupiah loyo, saham apa yang diuntungkan?
ILUSTRASI. Selain Google Translate, inilah situs atau web terjemahan alternatif lainnya


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakang ini, dirasa cukup mempengaruhi beberapa sektor saham di pasar modal Indonesia. Saham di sektor berbasis ekspor menjadi yang sangat diuntungkan akibat pelemahan nilai tukar rupiah ini.

Chief Economist Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengungkapkan, keuntungan saham di sektor berbasis ekspor atas pelemahan rupiah dikarenakan nilai pendapatan dalam dollar dengan biaya dalam rupiah. "Terutama sektor komoditas, seperti CPO maupun pertambangan," kata Lana ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Sabtu (19/1).

Sementara, dikatakan Lana, saham yang berbasis domestik paling dirugikan atas pelemahan rupiah ini. Terutama karena bahan baku yang digunakan perusahaan-perusahaan sektor itu berasal dari impor. Artinya, tutur Lana, perusahaan harus mengeluarkan uang dalam bentuk dollar untuk pembelian bahan baku.

"Itu yang akan membebani mereka (perusahaan/saham sektor berbasis domestik)," ungkap Lana.

Lana juga menyinggung saham di sektor manufaktur. Di sektor ini, Lana belum dapat menjelaskan apakah pelemahan rupiah menguntungkan atau merugikan. Pasalanya, sektor manufaktur selain melakukan ekspor, disaat bersamaan juga melakukan impor.

Equity Analyst Samuel Sekuritas, Adrianus Bias menambahkan, saham-saham di sektor semen dan otomotif yang paling merugi atas pelemahan rupiah ini. Bias mencontohkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Astra Internasional Tbk (ASII).

"INTP kan punya kebutuhan pembelian gas dan batubara, sementara ASII bahan baku masih banyak impor," jelas Bias.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×