Reporter: Nadya Zahira, Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahannya untuk tiga hari beruntun pada perdagangan Selasa (21/5). Mengutip Bloomberg pukul 09.15 WIB, rupiah di pasar spot ke posisi Rp 16.033 per dolar AS.
Dengan kata lain, rupiah melemah 0,34% dari posisi penutupan Senin (20/5) di Rp 15.987 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah lantaran minimnya katalis dari sisi eksternal.
Baca Juga: Nasabah Intip Kurs Dollar-Rupiah di BCA pada Selasa (21/5) dan Panduan Tukar Valas
Dia menyebutkan, pada Senin (20/5), BI merilis data transaksi berjalan, dan defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2024, melebar ke US$ 2,16 miliar dari US$ 1,12 miliar. Hal ini akibat penurunan kinerja ekspor Indonesia, disertai dengan kenaikan defisit pendapatan primer.
Josua menuturkan, pasca rilis data transaksi berjalan, pergerakan rupiah cenderung stabil. Pada Senin (20/5) rupiah hanya bergerak di rentang terbatas yakni kisaran Rp 15.960 - Rp 15.985 per dolar AS.
Dia memperkirakan rupiah akan melanjutkan tren melemah terbatas pada peradagangan Selasa (21/5).
Hal ini sejalan dengan investor yang diperkirakan menunggu berbagai pernyataan dari pejabat the Fed untuk melihat arah kebijakan the Fed pasca rilis inflasi.
Baca Juga: Rupiah Berpeluang Melemah Terbatas Pada Selasa (21/5), Simak Sentimen Pendorongnya
Dia memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.950 - Rp 16.050 per dolar AS pada perdagangan Selasa (21/5).
Sementara itu, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, rupiah mengalami pelemahan di sesi perdagangan awal pekan ini seiring dengan penguatan dolar, dan juga laporan dalam negeri mengenai neraca pembayaran Indonesia yang mengalami defisit.
Nanang menyebutkan, BI telah merilis angka NPI dan termasuk transaksi berjalan (current account) berada di zona negatif.
Desifit yang dialami transaksi berjalan selama empat kuartal beruntun ini cukup dikhawatirkan pelaku pasar karena rupiah akan terus mengalami tekanan sehingga BI akan terus mengerek suku bunga.
“Bila suku bunga meningkat, maka aktivitas ekonomi bisa diperlambat. harapannya impor barang bisa turun dan mengurangi beban bagi transaksi berjalan,” kata Nanang kepada Kontan.co.id, Senin (20/5).
Baca Juga: Neraca Pembayaran RI Defisit US$ 6 Miliar pada Kuartal I, Begini Kata Ekonom
Selain itu, dia melihat bahwa pasar juga akan fokus pada risalah pertemuan terakhir The Fed yang dijadwalkan pada hari Rabu malam, atau Kamis dini hari waktu Indonesia bagian barat.
The Fed sendirinya disinyalir tidak akan mengerek suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Selain itu, Nanang menyarankan kepada para investor untuk memperhatikan perkembangan politik, di mana sedikit peningkatan safe haven dolar, ketika stabilitas politik Timur Tengah jadi fokus pasca jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran.
“Menurut laporan media pada akhir pekan menunjukkan bahwa sebuah helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negerinya jatuh di tengah kondisi cuaca buruk,” kata dia.
Nanang memproyeksikan rupiah akan berada dalam kisaran Rp 15.930 - Rp 16.020 pada perdagangan Selasa (21/5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News